Cegah Perundungan di Kalangan Pelajar, SMA Negeri 1 Cicalengka Bandung Lakukan Ini

JABAR EKSPRES – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) menjadi sorotan di berbagai daerah, termasuk wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Pasalnya, para orangtua yang menitipkan anaknya tentu tak inginkan terjadinya perundungan, baik oleh teman sebaya maupun kaka kelas.

Mencegah terjadinya hal tersebut, SMA Negeri 1 Cicalengka jadikan materi etika dan moral jadi hal penting, termasuk bijak bersosial media.

Humas SMA Negeri 1 Cicalengka, Tedi Gunawan mengatakan, pihaknya menolak terkait perundungan di lingkungan pendidikan.

“Era digitalisasi saat ini, rambu-rambu dalam menggunakan media sosial sangat perlu diperhatikan, khususnya bagi para pelajar,” kata Tedi kepada Jabar Ekspres saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (20/7).

Menurutnya, saat ini era digitalisasi sudah begitu berkembang, sehingga metode pembelajaran hingga lingkungan sosial, tegolong berkaitan dengan setiap orang dan bisa berdampak negatif jika tak ada edukasi serta pengawasan.

“Bijak bermedia sosial ini agar anak-anak memiliki adab ketika menggunakan media sosial,” beber Tedi.

“Jangan sampai anak-anak ini kepada orang tidak dikenal, menyampaikan sumpah-serapah, menghina dan menyebarkan kabar hoaks,” lanjutnya.

Selama MPLS berlangsung, siswa tak sekadar mencatat apa saja ketentuan dan larangan yang ada. Setiap siswa di berbagai sekolah perlu tahu aturan yang harus dipatuhi, ketentuan serta kewajiban yang berlaku.

Sesuai dengan Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016, pelaksanaan MPLS dilakukan selama tiga hari di pekan pertama pada awal tahun pelajaran.

MPLS digelar dengan tujuan mengenali potensi diri siswa baru, membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya, menumbuhkan motivasi, semangat serta cara belajar efektif sebagai siswa baru.

Kemudian mengembangkan interaksi positif antarsiswa dan warga sekolah lainnya, serta menumbuhkan perilaku positif.

“Adab dalam menggunakan media sosial, perlu dipahami serta diimplementasikan di kehidupan sehari-hari,” ucapnya.

Tedi menjelaskan, hal itu bertujuan terciptanya kultur saling menghargai serta etika tatak rama bisa tetap membudaya bagi para pelajar.

Pemahaman bijak bersosial media itu, diakui selain untuk menjaga norma dan etika, juga guna mencegah terjadinya perundungan di lingkungan sekolah.

“Karena mental itu penting. Karena dengan melalui ucapan, kata-kata atau mengucilkan, itu termasuk pembullyan dan sangat mempengaruhi mental,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan