Pertumbuhan Menguat Mata Uang Rupiah di Semester 2!

JABAR EKSPRES – Ekonom Senior DBS Bank, Radhika Rao, mengindikasikan bahwa mata uang rupiah Indonesia akan menguat pada semester kedua tahun 2023. Dalam acara Media Briefing Bank DBS di Jakarta, Radhika menyampaikan bahwa diperkirakan rupiah akan mengalami peningkatan secara bertahap seiring dengan konsolidasi dolar AS.

Baca Juga: Mata Uang Dolar AS Menguat, Fed Proyeksikan Kenaikan Suku Bunga

Melansir dari berbagai sumber, beberapa faktor yang menjadi pendorong pertumbuhan positif rupiah telah dijelaskan oleh Radhika. Pertama, tingkat inflasi yang telah kembali berada pada target. Pada bulan Juni, inflasi tahunan Indonesia masih berada pada level aman, yaitu sebesar 3,53 persen. Diperkirakan bahwa pada bulan Agustus hingga September, tingkat inflasi akan turun di bawah 3 persen, dan pada akhir tahun akan mengalami kenaikan sedikit lebih tinggi dari 3 persen.

Faktor kedua yang mempengaruhi pertumbuhan positif rupiah adalah pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5 persen pada tahun 2023 dan 2024. Faktor ketiga adalah terciptanya stabilitas makro ekonomi berkat upaya Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi, menurunkan defisit transaksi berjalan secara berkelanjutan, serta menjaga keseimbangan fiskal.

Radhika menyatakan bahwa prediksi mereka menunjukkan adanya pertumbuhan positif di sektor ekonomi ke depan, didukung oleh stabilitas makroekonomi yang kuat dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen tahun ini dan tahun depan. Inflasi juga diprediksi akan kembali ke sasaran, yang sebenarnya sudah tercapai saat ini. Faktor-faktor tersebut memberikan dukungan kuat terhadap penguatan rupiah.

Namun, pada penutupan perdagangan saat itu, rupiah terpantau melemah terhadap dolar AS. Hal ini dipengaruhi oleh data tenaga kerja AS yang akan dirilis malam itu dan terus menguat. Data tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja dan meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar akan kenaikan suku bunga The Fed di masa depan.

Penurunan nilai rupiah juga dapat dipengaruhi oleh fokus pelaku pasar terhadap data penggajian non-pertanian di AS yang diharapkan akan turun ke level 225 ribu, yang akan dirilis pada hari berikutnya.

Baca Juga: Inflasi Kalimantan Barat 2023, Data Mengatakan Terkendali

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan