Lanjutkan Karier Kepelatihan di Arab Saudi, Amnesti Internasional Minta Gerrard Bersuara Soal Kasus HAM

JABAR EKSPRES- Steven Gerrard melanjutkan karier kepelatihannya di Arab Saudi. Amnesti International, sebuah organisasi hak asasi manusia, mendesak pelatih baru Al Ettifaq itu untuk membahas kasus pelanggaran hak asasi manusia di Arab Saudi.

Pengumuman pengangkatan Gerrard sebagai pelatih baru Al Ettifaq dilakukan pada Senin, 3 Juli 2023. Mantan kapten Liverpool ini dikabarkan mendapatkan gaji sebesar 10 juta paun di negara tersebut yang dikenal sebagai Negeri Petro Dollar.

Tidak hanya mendapatkan gaji yang besar, Gerrard juga mendapat dukungan dana transfer yang melimpah dari Al Ettifaq. Klub yang dikenal dengan julukan “The Commandos” ini berkeinginan untuk bersaing dengan tim-tim papan atas Arab Saudi lainnya dalam musim 2023/2024.

BACA JUGA: Sang Juara Dunia Lionel Messi Diremehkan Jelang Debut Bersama Inter Miami

Al Ettifaq bahkan memiliki rencana untuk mendatangkan pemain-pemain top dari klub-klub Eropa. Jordan Henderson dan Philippe Coutinho, keduanya mantan rekan setim Gerrard di Liverpool, menjadi incaran klub tersebut.

Kepindahan Steven Gerrard ke Al Ettifaq menarik sorotan Peter Frankental, Direktur Urusan Ekonomi Amnesty International Inggris Raya. Ia menuduh Arab Saudi melakukan “sportswashing” dan meminta Gerrard untuk membahas masalah ini.

Arab Saudi telah dituduh melanggar hak asasi manusia, membatasi kebebasan pers, menahan aktivis, serta melakukan diskriminasi terhadap kaum LGBT. Upaya mereka dalam mendatangkan pemain-pemain bintang dianggap oleh Frankental sebagai upaya Arab Saudi untuk membersihkan citra negara melalui olahraga sepakbola.

“Penandatanganan pemain dan pelatih untuk bergabung dengan klub sepakbola Arab Saudi dengan kontrak yang menguntungkan adalah bukti tambahan bahwa pencucian olahraga Saudi semakin meningkat,” kata Frankental seperti yang dilaporkan oleh Daily Mail.

BACA JUGA: TC Timnas U-17 di Jerman, Bima Sakti Optimis Sambut Piala Dunia

“Dalam berbagai olahraga dan format yang berbeda, Arab Saudi menggelontorkan jumlah uang yang besar untuk mencuci citra olahraganya yang sangat tercoreng dan mengalihkan perhatian dari catatan yang mengerikan dalam hal hak asasi manusia,” tambahnya.

“Di bawah kepemimpinan Mohammed bin Salman, terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang menakutkan, termasuk penahanan aktivis perdamaian, 196 eksekusi pada tahun lalu, dan kekurangan keadilan setelah pembunuhan Jamal Khashoggi. Strategi Arab Saudi dalam bidang sepakbola tampaknya semakin meningkat dengan upaya menarik nama-nama besar untuk menciptakan momen yang mendukung tawaran menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030.”

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan