Mbak Ika Sang Penjelajah Laut: Menyadari Hidup Bukan Cuma Urusan Kerja, Berlayar Menjadi Passionnya!

Kekhawatiran Ika menjadi kenyataan. Pada suatu pagi, Ika jatuh dari kapal dan tidak ada orang di sekitarnya. Ia harus menyelamatkan diri sendiri. Ika tetap tenang dan mengambang di permukaan air untuk tetap bertahan.

“Setelah aku jatuh dari kapal, aku mengikuti kursus dan belajar berenang,” kata Ika.

Selama lima tahun lebih hidup di atas yacht dan mengunjungi lebih dari 10 negara di Eropa, Ika sangat menekankan pentingnya berinteraksi dengan penduduk setempat dan komunitas di sekitar. Ia memerlukan waktu sekitar dua tahun berlayar di sekitar perairan Laut Tengah untuk benar-benar memahami perbedaan budaya, seperti budaya Yunani, Italia, dan Spanyol.

Ika terus menjalani kehidupan yang berpindah-pindah dan nomaden di lautan, dari satu negara ke negara lain. Baginya, ini jauh berbeda dengan sekadar berlibur.

“Dulu aku pikir gampang saja, kan aku sering liburan ke sana ke mari, orang-orangnya pasti baik-baik saja. Tapi ternyata berbeda sekali,” ujar Ika sambil tertawa.

Namun, melalui interaksi yang dibangun dengan penduduk setempat, Ika perlahan terbiasa dengan lingkungan sosial di sekitarnya.

“Di manapun kita berada, kita harus menghormati budaya setempat. Di pelabuhan, kami menyebutnya komunitas yacht. Mereka benar-benar membantu,” ungkap Ika.

Selain itu, sejak tahun 2020, Ika juga bergabung dengan Yayasan Ayo Berlayar Indonesia (YABI). YABI memiliki 64 anggota yang tersebar di delapan negara, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Norwegia, Swiss, Amerika Serikat, British Virgin Island, dan Swedia. Di sana, Ika memperoleh berbagai pengetahuan tentang pelayaran yang tidak dapat ditemukan melalui Google.

Baca Juga: Tes Psikologi: Mengungkap Karakter dan Kepribadian Seseorang dari Cara Makan

“Di Indonesia, kita tidak dapat mendaftarkan yacht kepemilikan pribadi karena tidak ada regulasinya. Meskipun yacht kami terdaftar di Norwegia, ketika berlayar di Indonesia, kami tetap ingin mematuhi aturan yang berlaku di Indonesia, walaupun aturan mengenai pelayaran masih kurang jelas,” kata Ika.

Hal ini mendorong Ika untuk semakin giat mengkampanyekan pentingnya membangun kesadaran tentang budaya pelayaran. Ia tidak ingin Indonesia, sebagai negara maritim, tertinggal dalam hal pelayaran dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan