Katanya Bakal Jadi Silicon Valley, Bukit Algoritma di Sukabumi Malah Jalan di Tempat

JABAR EKSPRES – Proyek Pembangunan Bukit Algoritma di Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat masih jalan di tempat. Menjelang 2 tahun setelah pembukaan lahan pada 9 Juni 2021, proyek tersebut tidak ada kejelasan. Sempat digadang-gadang akan menjadi Silicon Valley, bangunan ini mati suri hingga saat ini.

Up Supriyanto (36) yang merupakan warga setempat menceritakan  bahwa tidak ada progress yang ditunjukkan oleh pihak pengelola sejak pembukaan lahan yang dilakukan pada 9 Juni 2023.

BACA JUGA: PR Kota Bandung: The Maj Apartemen Dago Harus Diapakan?

Dia sebagai warga setempat menyambut baik pembangunan Bukit Algoritma Sukabumi tersebut. Akan tetapi, proyek yang konon katanya merupakan lokasi pengembangan industri dan teknologi 4.0 hingga hari ini tidak ada kejelasan.

Awalnya, Bukit Algoritma Sukabumi ini akan dibangun di lahan yang memiliki luas sekitar 888 hektare. Lahan tersebut mencakup 4 desa dan menjanjikan pengembangan bisnis dan ekonomi di masyarakat sekitar.

“Tentu saja, kami berharap proyek ini berlanjut. Ada empat desa yang akan digunakan, di Kecamatan Cikidang, yakni Cicareuh, Pangkalan, dan Tamansari. Sementara, Desa Neglasari masuk Kecamatan Cibadak. Kalau dilanjutkan kami sangat bahagia,” katanya.

BACA JUGA: The Maj Apartemen Dago Jadi PR Besar Bagi Kota Bandung

Di lain sisi, Usep Saepulrohman selaku Kepala Desa (Kades) Pangkalan, Kecamatan Cikadang tersebut mengiyakan bahwa proyek Bukit Algoritma Sukabumi tersebut belum ada informasi lebih lanjut tentang pembangunan proyek itu.

Yang lebih mencengangkan lagi, pihak Bukit Algoritma Sukabumi belum ada yang mendatangi Pemerintah Desa Pangkalan untuk membahas kelanjutan proyek tersebut, sepengetahuannya. Belum ada kejelasan dan tindak lanjut setelah peletakan batu pertama.

“Ia, saya tidak bisa berbicara banyak. Sementara ini pembangunan memang belum ada kegiatan dan kejelasan. Ya, kalau harapan sih segera dibangun kalau memang proyek ini benar adanya,” ujarnya. (*)

BACA JUGA: Krisis Moneter Asia 1997, Krisis Keuangan Terparah di Asia

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan