33 Tahun Hidup Berdampingan dengan Banjir

Elianti Mengaku Banjir Jadi Konsekuensi Sejak Memutuskan Tinggal di Cijagra

BAGI Elianti,56, hidup di rumah yang tergenang air bukan hal yang aneh. Pasalnya, sejak dirinya pindah ke Kampung Cijagra RT 07 RW 10, Desa Bojongsoang, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada 1990, sejak itu pula dia bersahabat dengan banjir.

AGNI ILMAN DARMAWAN, Kabupaten Bandung, Jabar Ekspres

Banjir yang merendam sebagian wilayah Kabupaten Bandung sejak sepekan yang lalu belum juga surut. Beberapa warga dengan terpaksa akhirnya harus mengungsi lantaran rumah tempat tinggalnya terendam banjir.

Berbeda dengan warga yang lain, Elianti,56, yang juga rumahnya terkepung luapan air Sungai Citarum, memilih tetap bertahan. Meskipun rumahnya digenangi air setinggi lutut orang dewasa.

Elianti mengaku menerima risiko harus hidup berlangganan dan berdampingan dengan banjir, sejak memutuskan pindah dan tinggal di Kampung Cijagra.

”Saya tinggal di sini sejak 1990. Saya tahu kalau di sini (Kampung Cijagra) merupakan kawasan yang kena banjir rutinan setiap tahun,” katanya, kepada Jabar Ekspres, sebari tetap tersenyum.

Sambil beres-beres rumah, Elianti terus bercerita pengalaman, yang seolah banjir sudah menjadi bagian dari jalan hidupnya. Suka duka yang ia rasakan dengan gamblang ia ceritakan.

Mulai dari pengalaman hidup di tengah-tengah banjir yang ketinggian air mencapai dua meter, serta cara bagaiman mengatasi hidup dalam genangan air.

”Biasanya saya bersama suami membuat kolopak (tempat tidur dari kayu dibuat lebih tinggi) agar bisa tidur,” terangnya.

”Tapi kalau airnya besar, meski ini kelopak sudah ditinggikan, tetep aja kena air,” katanya, seraya memperlihatkan tempat tidur yang kaki-kainya terbuat dari kayu dengan ketinggian sekitar satu meter lebih.

Sebenarnya, Elianti sudah jenuh dan bosan menghadapi bajir yang kerap datang, bahkan pernah terbersit dalam benaknya untuk pindah dari Kampung Cijagra.

Tapi, kondisi ekonomi membuat dirinya dengan terpaksa harus tetap bertahan di kampung itu. Saat bajir tiba, ada juga keinginan dari dirinya untuk mengungsi seperti para tetangganya.

”Pengennya ngungsi kalau pas banjir datang. Kalau ada uang lebih juga pengen ngontrak. Pengen pindah. Tapi ini kan rumah sendiri, jadi ya saya dipaksa hidup sama banjir,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan