Perpustakaan Nasional RI Gelar Bimbingan Teknis Strategi Pengembangan Perpustakaan dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

JABAR EKSPRES, BANDUNG- Perpustakaan Nasional RI menggelar Bimbingan Teknis Strategi Pengembangan Perpustakaan dan Teknologi Informasi Komunikasi (Bimtek SPP-TIK). Bimtek ini dilaksanakan di 30 provinsi yang terbagi menjadi 4 batch dengan durasi kegiatan 5 hari per titik pada bulan Mei hingga Juni 2023.

Bimtek SPP-TIK merupakan upaya Capacity Building dengan memberikan penguatan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Kegiatan ini diperuntukkan bagi para pengelola perpustakaan dalam meningkatkan layanan perpustakaan sehingga menghasilkan produk bernilai tambah dan daya saing serta memberikan keunggulan kompetitif bagi masyarakat.

Selain itu, melaksanakan advokasi kepada pihak-pihak yang berpotensi mendukung kegiatan perpustakaan dalam berbagai bentuk, baik material maupun non material. Serta melakukan publikasi kegiatan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) dari yang paling sederhana melalui media sosial hingga media arus utama.

Bimtek SPP-TIK di tingkat provinsi diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI. Bagi para pengelola perpustakaan yang menjadi penerima Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) di tahun anggaran berjalan. Untuk provinsi Jawa Barat, digelar di Hotel Harris Festival Citilink, Kota Bandung pada 8-12 Mei 2023.

Tahun 2023, peserta Bimtek SPP-TIK yaitu 1.238 sumber daya manusia perpustakaan dari 450 perpustakaan desa, 136 perpustakaan kabupaten/kota dan 33 perpustakaan provinsi. Bimtek ini didesain untuk memperkuat kemampuan pengelola perpustakaan dalam mengevaluasi pilihan kebijakan dan implementasi kebijakan program TPBIS secara efektif.

Pustakawan Ahli Utama Perpustakaan Nasional RI, Drs Renus Siboro mengatakan,
Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial adalah implementasi paradigma perpustakaan yang terbaru, yaitu fokus kepada Knowledge Transfer.

“Perpustakaan yang dahulu tercermin sebagai gudang buku yang senyap dan sepi pengunjung, kini didorong untuk berkegiatan dengan melibatkan masyarakat bahkan dengan pihak-pihak lain yang potensial mendorong terjadinya peningkatan literasi masyarakat sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat,” kata Renus, Senin (8/5).

Menurutnya, Selain memberikan kebaruan, pelaksanaan TPBIS pun unik, yaitu bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki tingkat kebutuhan akan literasi serta potensinya masing-masing, maka, perpustakaan desa sebagai wadah pembelajaran sepanjang hayat bagi masyarakat di lingkungan terkecilnya, melaksanakan fungsinya sesuai kebutuhan dan potensi masyarakat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan