Refleksi Hardiknas Dimata Guru

Guru Kunci Sukses Merdeka Belajar

 

Oleh: Yuli Nurhayati

 

Setiap tanggal 2 Mei bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Sebuah moment yang tidak dapat dipisahkan dari sosok Ki Hajar Dewantara sebagai pelopor pendidikan bagi

Bangsa Indonesia sejak era kolonialisme.

Itulah kenapa tanggal 2 Mei sebagai hari kelahirannya memposisikan beliau sebagai  “Bapak Pendidikan Nasional” setelah sebelumnya pada tanggal  3 Februari 1928 berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara dari nama aslinya Raden Mas Suwardi  Suryaningrat.

Pergantian nama ini bukan tanpa makna. Nama Ki Hajar Dewantara diambil dari kata Hadjar artinya pendidik, Dewan artinya utusan, dan Tara artinya tak tertandingi. Dengan demikian maknanya  adalah bapak pendidik utusan rakyat yang tak tertandingi menghadapi kolonialisme.

Rekam jejak beliau tercatat sebagai pendiri Perguruan Nasional  Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922, sekaligus pewaris sistem pendidikan dan semangat juang anak anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tekad kuat untuk melakukan perubahan melalui pendidikan inilah menjadikannya layak sebagai Bapak (Pembangun)  Pendidikan Nasional, mengingat gagasan filosofis yang disampaikannya  menjadi  fondasi bagi sistim pendidikan di Indonesia selanjutnya.

Menurutnya  hakikat pendidikan adalah usaha memasukkan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga membentuknya menjadi manusia yang utuh baik jiwa maupun rohaninya. Beliau menegaskan bahwa pendidikan itu adalah tuntutan yang harus ada di dalam tumbuh kembangnya anak- anak. Sehingga  para pendidik hanyalah dapat menuntun anak agar bisa tumbuh sesuai dengan kodratnya terutama aspek kejiwaannya yang tersusun atas tiga kekuatan (trisakti) utama yaitu cipta (pikiran), rasa (hati) dan karsa (kemauan).

Di situasi kontemporer saat ini, konsep pendidikan Kihajar Dewantara dijadikan sebagai dasar pemikiran perubahan kurikulum yang digagas oleh Kementerian  Pendidikan melalui Konsep Merdeka Belajar.

Adopsi Konsep (Merdeka) Belajar Ki Hadjar Dewantara dalam kurikulum merdeka terutama mengenai pemikirannya tentang pendidikan yang mendorong  perkembangan siswa, yaitu pendidikan yang mengajarkan  untuk mencapai perubahan dan bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, selain menjadi sarana untuk meningkatkan rasa percaya diri dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri, karena selama ini pendidikan cenderung hanya mengembangkan aspek kecerdasan, tanpa diimbangi dengan adab (sikap perilaku yang berkarakter)  dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan