Refleksi Hardiknas Dimata Guru

Tentang konsep merdeka belajar, esensinya adalah  merdeka belajar sendiri, berupa kebebasan berpikir yang ditujukan kepada siswa dan guru, sehingga mendorong terbentuknya karakter jiwa merdeka dengan demikian siswa dan guru dapat mengekplorasi pengetahuan dari lingkungannya. Kunci suksesnya adalah terwujudnya guru dan siswa sebagai pembelajar. Secara konten materi, konsep Merdeka Belajar berfokus pada materi yang esensial dan fleksibel sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan dari masing-masing karakteristik siswa. Merdeka Belajar pun memberikan otoritas dan fleksibilitas pengelolaan pendidikan di level sekolah.

Namun, kedua hal tersebut tidak akan terlalu berkontibusi positif untuk mencapai tujuan Pendidikan, jika tidak ada kreativitas dan inovasi. Oleh karena itu, untuk menjadi kreatif dan inovatif  harus dilakukan perubahan yang divergen. Makna dari kata -kata  guru dan siswa sebagai pembelajar (learning community) dan  manajemen perubahan serta demokratisasi pembelajaran menjadi kunci sukses adanya kontribusi positif dari kedua hal diatas.

Selain itu, merdeka belajar juga sesuai dengan sistem  among  yang diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara. Sistem yang melarang adanya hukuman dan paksaan kepada siswa.  Adanya hukuman dan paksaan untuk belajar dapat mematikan jiwa merdeka dan kreativitas para siswa.  Setiap individu siswa harus berjiwa merdeka agar diperoleh kemajuan.

Di sisi lain Merdeka Belajar memberikan kebebasan bagi guru dan siswa untuk menerapkan sistem pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga nantinya turut meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Untuk mewujudkan program ini dibutuhkan guru yang merdeka belajar pula.

Menurut Johnson (2005) dikutip dari Program Guru Belajar seri Guru Merdeka Belajar, profesi guru adalah profesi dengan level stress tertinggi.  Riset National Foundation for Education Research menunjukkan 1 dari 5 guru mengalami stress. Pines (1981) menganalisa kelelahan emosi adalah respon guru dalam kondisi mengalami rasa gagal dan keraguan diri yang menyebabkan guru merasa terjebak dan tidak berdaya.

Stress yang tinggi dialami guru disebabkan oleh tantangan-tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas, seperti menghadapi peserta didik dan orangtua/ wali dengan karakter yang beragam. Selain itu guru harus dihadapkan dengan tuntutan kebijakan pendidikan yang membutuhkan adaptasi, serta isu sosial, dan kondisi teknologi yang terus mengalami perubahan.

Tinggalkan Balasan