Potensi Perlambatan Ekonomi AS Tidak Membuat Kurs Rupiah Melemah

JABAR EKSPRES – Kurs (nilai tukar) Rupiah yang diperdagangkan antar bank di Jakarta pada awal perdagangan Rabu (26/4) ini menguat, di tengah potensi pelambatan ekonomi negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS).

Pada Rabu (26/4) ini, kurs Rupiah dibuka menguat 34 poin atau sekitar 0,23 persen ke posisi Rp 14.905 per Dolar AS. Hal ini mengalami peningkatan dari sebelumnya yang berada di posisi 14.939 per Dolar AS saat ditutup.

Ariston Tjendra, pengamat pasar uang mengatakan bahwa kurs Rupiah berpeluang menguat terhadap Dolar AS karena perkembangan ekonomi AS memperlihatkan potensi perlambatan ekonomi di sana berdasarkan perkembangan saat ini.

Data-data ekonomi AS itu meliputi kekhawatiran terhadap situasi perbankan di AS dan aktivitas manufaktur.

BACA JUGA: Berikut Deretan Pinjol Yang Disurati OJK Karena Kredit Macet

Berdasarkan Depertemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (20/4), terjadi peningkatan terhadap klaim pengangguran baru sebanyak 5.000 klaim menjadi 245.000 klaim. Hal ini naik dari minggu sebelumnya yang hanya 240.000 klaim.

Indeks manufaktur Fed Philadelphia berada di titik -31,3 pada April, turun dari yang sebelumnya berada di -23,2 pada Maret. Ini merupakan yang terendah dari Mei 2020 berdasarkan laporan dari Federal Reserve Philadelphia, Kamis (20/4/2023).

Federal Reserve Chicago melaporkan pada Senin (24/4/2023) bahwa tidak ada pergerakan terhadap indeks aktivitas nasional Fed Chicago. Nilainya berada 0,19 pada April ini, sama seperti Maret lalu.

Indeks aktivitas ekonomi Fed Chicago turun ke posisi -37 pada April, sebelumnya berada pada posisi -8 di Maret lalu. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi jauh di bawah tren berdasarkan survey kondisi ekonomi Fed Chicago pada Senin (24/4/2023).

Berdasarkan laporan Federal Reserve Dallas pada Senen (24/4/2023), indeks aktivitas bisnis umum di Texas melemah menjadi -23,4 pada April ini, turun -15,7 dibandingkan Maret lalu.

BACA JUGA: 5 Rekomendasi Aplikasi DANA Penghasil Uang, Terbukti Cair!

Ariston Tjendra memprediksi bahwa bank sentral Amerika hanya akan menaikkan suku bunga acuan sekali saja di tahun ini.

Di lain sisi, para petinggi Bank Sentral AS menyerukan untuk menaikkan suku bunga acuan guna mengantisipasi terjadinya inflasi serta menurunkan tingkat inflasi AS yang masih jauh dari dua persen (target). Hal itu akan membuat Dolar AS tidak melemah terlalu lama.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan