Mengingat beragamnya karakteristik personal setiap orang, dirinya harus bisa beradaptasi, menyamaratakan sikap baik siapapun serta seperti apapun perilaku penumpang.
“Pernah ada penumpang emosi, enggan duduk sesuai dengan nomor tiket. Saya berikan edukasi biar sesuai, jadi penumpang lain juga gak kebingungan cari kursi,” ungkap Tamara.
Meski harus berhadapan dengan beragam sifat dan karakter penumpang, tak jadi halangan bagi Tamara untuk bersikap profesional menuntaskan tugasnya sebagai kondektris.
Beruntung, selama menjalani profesi kondektris, Tamara tidak pernah alami pengalaman yang tak senonoh dari penumpang hidung belang.
“Catcalling dan semacamnya gak pernah, jangan sampai. Kalaupun ada saya tegaskan untuk bersikap sopan pada penumpang, saya pun terlindungi karena didampingi Polsuska (Polisi Khusus Kereta Api),” tuturnya.
Sosok Tamara yang menempuh mimpinya, berprofesi di lapangan berhadapan banyak orang, menempatkan posisi perempuan yang tak berbeda dengan kaum Adam, merupakan buah dari perjuangan Kartini.
Mengutip buku karya Clarisa tahun 2018, mengenai Perempuan Peradaban dengan judul Puisi untuk Ibu Kartini.
“Habis Gelap Terbitlah Terang. Itulah pikiranmu. Tanpa batas antara kita dan mereka. Kau menghapus batasan itu. Kau menunjukkannya. Tak ada beda kita dengan mereka. Kau korbankan jiwa dan ragamu. Hidup dan matimu demi itu. Kau semangat membara. Menunjukkan bahwa kita bisa. Usaha dan semangatmu tak pernah mati. Meski cacian sering menerjang, kau tetap bersemangat. Untuk menghancurkan dinding pembatas hingga selamanya,” tulisnya.
“Kini, hasilmu telah terasa. Kau menunjukkannya. Kau adalah inspirasi setiap perempuan. Kau adalah inspirasi negeri ini. Kau adalah Ibu kita. Terima kasih dengan jasamu. Yang menuntun kamu menjadi orang kuat. Menjadi orang hebat. Terima kasih Ibu Kartini. Doa kami menyertaimu,” lanjut puisi tersebut.
Cerminan Kartini di era modern sekarang begitu banyak dan sangat jelas. Meski stigma awam terhadap kaum hawa masih terasa, namun tak jadi halangan bagi perempuan-perempuan untuk mematahkan pemikiran serta penilaian tersebut.
Seperti Tamara, tetap berjuang, gali pengetahuan, bersemangat tinggi dan profesional pada profesinya menunjukkan, perjuangan Kartini terhadap emansipasi masih terus digaungkan.