Cerita Tamara Yunise, Kondektris Muda yang Mampu Singkirkan Ribuan Pesaing

Terinspirasi Sosok Kartini, Berhasil Mendobrak Stigma

 

SEMANGAT juang sosok Kartini ternyata tak pernah lekang ditelan zaman di era modern saat ini. Hal itu yang kini dirasakan oleh Tamara Yunise, yang usianya masih 18 tahun. Bagaimana cerita dan perjuangannya dalam meniti karir? Simak terus perbincangannya bersama Jabar Ekspres.

 

Yanuar Baswata, Kota Bandung, Jabar Ekspres

 

Tamara Yunise bisa disebut sebagai sosok Kartini masa kini. Kenapa tidak? Wanita kelahiran Bandar Lampung itu, sudah mengabdikan dirinya bertugas melayani masyarakat sebagai kondektur di PT KAI Daop 2 Bandung, penyebutannya kondektris untuk gender perempuan.

Posisi dan tugas kondektur ini kebanyakan dilakukan oleh seorang pria. Tugasnya, membantu masinis (kereta api) dalam hal operasional perjalanan, seperti mengecek tiket, menjaga keamanan dan kenyamanan penumpang. Tamara Yunise mampu menggeluti profesi tersebut.

Tamara yang kesehariannya mengenakan seragam rapih itu, nampak duduk tegak di ruangan sekira berukuran 10X8 meter.

“Menjadi kondektris, saya harus melewati banyak seleksi, mulai dari pemberkasan, fisik, kesehatan sampai tes psikotes,” kata perempuan berkerudung biru tua kepada Jabar Ekspres, Minggu (23/4).

Celana panjang yang sewarna dengan kerudung, ditambah jas yang melambangkan petugas PT KAI, menambah wibawa Tamara Yunise.

Udara dingin AC memeluk tubuh di tengah teriknya cuaca sekira pukul 12.40. Sejak awal perbincangan, Tamara terlihat selalu tersenyum, bahkan kedisiplinannya sebagai kondektris terbukti dari posisinya yang tak berubah, alias tetap duduk tegak dengan kaki kiri disilangkan di atas kaki kanan.

Mengawali karirnya sebelum jadi kondektris, dia menceritakan, selesai menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), dengan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Tamara mengaku bulatkan tekad untuk bergabung jadi bagian di PT KAI.

Tamara tak ragu mendaftarkan diri sebagai kondektris, meski bersebrangan baik dari segi keilmuan maupun lingkungan di masa sekolah.

“Malah sebelumnya saya sempat diterima di Institut Teknologi Sumatera, tinggal nunggu masa orientasi. Tapi saya lepas, saya pilih daftar jadi kondektris,” ujarnya sambil menggerakkan kedua tangan.

Posisi yang bertugas mengecek tiket perjalanan dari masing-masing penumpang itu, secara awam hanya dikerjakan oleh kaum pria, sehingga stereotipe masyarakat pun menggolongkan, profesi tersebut pekerjaan yang jarang dilakoni perempuan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan