JABAR EKSPRES – Perusahaan terkenal pembuat wadah makanan dengan nama brand Tupperware, menghadapi ancaman kebangkrutan karena terus merosotnya nilai saham perusahaan belakangan ini. Ada 3 penyebab Tupperware terancam bangkrut, padahal dahulu dikenal sebagai merek idaman keluarga dan emak-emak.
Pada Senin 10 Maret, nilai saham Tupperware turun sebesar 50%, sedangkan dalam setahun terakhir, nilai sahamnya turun hingga 90%. Ada tiga faktor yang menyebabkan ancaman kebangkrutan.
Tupperware mengungkapkan bahwa saat ini mereka kekurangan dana untuk mendanai operasional perusahaan dan meragukan kemampuan untuk melanjutkan bisnis mereka. CEO Tupperware, Miguel Fernandez, mengatakan bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan pemutusan hubungan kerja dan meninjau portofolio real estat mereka untuk menghemat biaya.
Hal ini diungkapkan dalam sebuah siaran pers dan pengajuan sekuritas kepada regulator yang dilaporkan oleh CBS News pada Rabu (12/2/2023).
“Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami,” jelas Miguel Fernandez dikutip dari CNN, Kamis (13/4/2023).
Penyebab pertama Tupperware terancam bangkrut adalah, perusahaan yang telah beroperasi selama 77 tahun ini telah mengalami kesulitan dalam beberapa tahun terakhir untuk mempertahankan bisnisnya menghadapi persaingan.
BACA JUGA : Situs Layanan Download File Zippyshare Akan Tutup, Pengguna Harus Siap-Siap
Tupperware juga telah berusaha untuk memperbarui citra mereka dengan meluncurkan produk yang lebih baru dan modis untuk menarik pelanggan muda.
Namun, menurut Neil Saunders, seorang analis ritel dan direktur pelaksana di Global Data Pengecer, Tupperware mengalami penurunan penjualan yang signifikan dan hal tersebut menjadi salah satu masalah utama yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
“Penurunan tajam dalam jumlah penjualan produk Tupperware, seperti penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda,” kata Saunder, yang dikutip dari CNN.
Menurut Neil Saunders, Tupperware saat ini berada pada level keuangan yang kritis karena kesulitan dalam meningkatkan penjualan. Selain itu, aset perusahaan terus menurun, sehingga perusahaan memiliki sedikit pilihan untuk mengumpulkan dana.