Ummi Hilal
Membaca cerita Baginda Horotoyoh dari Pak Mir Mir jadi ingat Raja Thongthongshot dari Kerajaan Belgeduwelbeh oleh Almarhum Enthus Susmono. Nama-nama tokohnya unik, nyentrik.Ceritanya juga bikin pinisirin.Melengkapi daripada yang mana cerita Mbah Jabrik dari Mbah Mars.Menjadi penawar duka pelipur lara para penunggu Cerita Siapa Membunuh Putri.Bukan Cerita Siapa Selingkuh dengan Putri.
Amat Kasela
Saya pikir klo nembak sambil telentang itu malah sasarannya yang melesat menuju senapan
Otong Sutisna
Kalau seumuran Abah, gaya nya yang salah, harusnya sambil telentang…. insya Allah pasti kena….
Mbah Mars
Baru di saat pagi menjelang siang dan setelah merenung panjang saya menemukan moral value tulisan Abah DI. Bahwa semakin tua itu tembakan seseorang semakin banyak yang meleset. Jadi wajar saja kalau Abah nembak meleset semua. Kan sudah sepuh.
Otong Sutisna
Saya baru tahu bahwa tembakan meleset karena faktor usia bukan karena faktor latihan, biasanya karena seringnya latihan tembakan semakin jitu… sangat disayangkan para jomblo, punya senjata tapi ga bisa dipakai latihan…. wkwkwk
Ummi Hilal
Masih mending meleset.Kadang dikokang pun belum tentu tegak.Apalagi sampai subuh seperti iklan Disway tempo hari.
Yusuf Ridho
Maaf, nama saya “Ridho”, bukan “Ridha”. Tidak perlu dikoreksi. Tidak perlu dikeren-kerenkan. Apalagi menjadi “Rida” sebagaimana KBBI. Tabik.
Bedy Da Cunha
Selamat siang Abah Dahlan & jama’ah Disway sedunia.apa kabar semuanya.semoga kita semua diberikan kesehatan yg baik.bicara soal tembak menembak saya ingat kemampuan saya 40 tahun yg lalu.dulu peluru saya bisa mengenai dagu seseorang.sekarang hanya bisa meletus diatas perutnya.
Fiona Handoko
terima kasih bung mirza. adalagi jenderal polisi memerintahkan bharada polisi menembak brigadir polisi di rumah sang jenderal. apa daya, jenderal cuci tangan, bharada dituntut 12 th. si bharada jadi JC pun tampaknya tdk berfaedah.
Mirza Mirwan
Maunya Pangdam Farid, website Kodam V Brawijaya agar lebih banyak menampilkan Babinsa, Danramil, dan ….aparat TNI di lapangan. Jangan gambar pangdam saja yang ditonjolkan. Karakter Pangdam Farid ini mirip mantan Menhankam/Pangab Jenderal M. Jusuf zaman orde baru, yang dalam sebuah kunjungan pernah mengakui adanya ketidakadilan dalam sistem kenaikan pangkat istimewa di lingkungan ABRI. “Prajurit dan kopral yang menyabung nyawa di medan perang. Tetapi jenderal di belakang meja yang mendapatkan bintang,” kata Jenderal M. Jusuf dalam kunjungan ke sebuah markas Brigif entah di mana, saya lupa. Yang jelas bukan di Jawa. Itu disiarkan dalam Siaran Berita TVRI pukul 19.00. yang saya ingat ucapan itu disambut tepuk tangan berkepanjangan dari para prajurit. “Seorang Prada yang tewas dapat kenaikan pangkat anumerta menjadi Pratu, yang Pratu naik jadi Praka, yang Praka jadi Kopda. Tetapi tidak ada kenaikan pangkat istimewa bagi prajurit lain yang selamat. Di sisi lain, yang tidak terlibat langsung di medan parang malah mendapatkan kenaikan pangkat istimewa.” Ucapan Jenderal M. Jusuf mungkin tidak persis seperti kutipan di atas, tetapi substansinya seperti itu.