Gunung Poso

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 15 Januari 2023: Sokeban Lead

Wawan Wibowo

Aa otong foto sobekannya g usah di zoom ya, g bakal berubah jadi foto cewek, wkwkwk

 

Otong Sutisna

Alhamdulillah ditemukan, takut nya salah sasaran dan mudah mudahan Abah tidak ngeles, beliau bilang saya tidak suruh nyari tapi temukan…. seperti alibi seorang jenderal, saya hanya suruh ….bukan ….

 

Bambang Nursusanto

Pantesan….sejak lama saya nggak bisa pernah nulis…padahal dulu jadi pengecer jawapos di lampu merah bertahan tahun (sebelum pembeli membaca saya baca dulu) … ternyata saya tidak pernah menemukan lead…. xixixi…

 

Warung Faiz

Ha..ha..makanya saya putuskan utk meniru tulisannya..

 

Jokosp Sp

Di Amrik sana mencari DNA pelaku pembunuhan bisa seminggu nyanggong sampah pemiliknya yang dibuang. Di Disway cukup dua hari, sangat luar biasa hasil kerja kerasnya. Perlu dikasih reward kenaikan jabatan atau naik gaji, pas momennya mumpung masih bulan Januari. Hasil kerja kerasnya ngobok – obok sampah yang mungkin sudah tercampur sisa makanan, bekas muntahan, bekas pembalut, atau sampah lainnya yang menjijikkan. Kerja keras membawa hasil. Pembaca hanya melihat hasil endingnya tulisan yang bagus dan berkualitas. Coba kalau tulisannya lebih detail dalam proses menemukan catan yang hilang tadi, pasti seru karena kejadian nyata……seperti membaca kisah detektif. Atau seperti membaca cerbung Mbak Putri.

 

Fiona Handoko

dilihat dari tulisan di robekan kertas. gelar DR HC bpk dahlan iskan pasti di bidang kedokteran. alhasil butuh apoteker dan bpk perusuh nurul untuk menelisik. tulisan apa itu.

 

Mito Sumito Hardjo

Edisi CHD hari ini pelajaran jurnalistik. Waktu muda dulu saya juga pernah menjadi “wartawan” majalah sebuah perusahaan. Awalnya gagah2an saja karena merasa bisa menulis cerpen dan puisi. Biasa, remaja yang lagi jatuh cinta, coret2an di kertas adalah pelampiasannya. Maka jangan tanya soal kualitasnya. Entah remaja jaman now apa juga begitu? Begitu keinginan terwujud mutasi ke bagian humas, tugas pertama adalah menulis berita tentang kegiatan intern perusahaan. Ternyata sulitnya luar biasa bagi saya yang sama sekali tidak mengenal ilmu jurnalistik. Tiru saja koran atau majalah, kata senior enteng. Entah kenapa pilihan saya kok majalah Tempo, shg model penulisan saya meniru Tempo: jadi rada2 investigatif. Isi majalahpun agak berbeda dengan edisi2 sebelumnya. Itulah pelajaran pertama saya tentang ilmu jurnalistik. Bukan dari bangku sekolah, melainkan dari njiplak gaya. Setelah itu pernah juga sih kuliah jurnalistik, tetapi gagal karena keburu menikah. Hehehe…

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan