BANDUNG BARAT – “Tok,tok” suara lato-lato yang dimainkan oleh anak-anak di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Salah seorang bocah, Raka (11) mengatakan permainan ini punya daya tarik sendiri bagi dirinya dan keasikan bersama kawan-kawannya.
“Karena viral sih, jadi suka main sama teman-teman,” kata Raka, Jumat 6 Januari 2022.
Raka juga menyadari permainan tersebut ada efek negatifnya seperti yang mengakibatkan lecet tangan seperti yang dialami oleh temannya.
“Negatifnya sih ada, kaya bikin lecet atau benjol,” katanya.
Sementara, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung Barat akan melarang membawa permainan tersebut ke sekolah.
Permainan lato-lato dianggap akan mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM) karena siswa akan lebih asyik main ketimbang mengikuti belajar di kelas.
Tidak hanya itu, pertimbangan karena siswa SD membawa lato-lato untuk antisipasi kecelakaan dan juga potensi bising dari suara benturan bola lato-lato saat dimainkan.
Kepala Bidang Sekolah Dasar pada Dinas Pendidikan Bandung Barat, Dadang A Sapardan menyebutkan larangan itu bukan saja berlaku bagi lato-lato tapi segala bentuk barang yang tak mendukung proses KBM.
“Tentu lato-lato kita larang di bawa ke sekolah, karena bukan alat pendukung proses pembelajaran. Memang sejak dulu juga segala yang gak mendukung KBM dilarang, misalnya bawa kartu, pedang-pedangan, kelerang, dan lainnya. Jelas gak boleh,” tutur Dadang.
Walaupun begitu, Dadang belum menerbitkan secara resmi aturan tersebut. Masalahnya, para siswa saat ini masih menikmati masa libur panjang semester ganjil.
“Kalau aturan secara resmi belum kita buat, karena sekarang para siswa masuk masa libur. Senin depan mulai masuk lagi, tapi kita masih kaji apakah perlu menerbitkan aturan khusus atau hanya imbauan ke para kepala sekolah,” bebernya.
Dadang mengatakan, pertimbangan yang lain soal larangan membawa lato-lato ke sekolah untuk mengantisipasi siswa teluka. Baik karena celaka atau potensi digunakan jadi senjata saat berkelahi.
“Faktor keselamatan, ini juga jadi pertimbangan selain bukan alat pendukung belajar. Kita sarankan lato-lato disimpan di rumah saja,” tutupnya. (mg1)