Intinya: kadar gula dalam darah harus bisa mencapai di bawah 80. Maka seminggu pertama, tiap hari harus tes gula darah. Bila sudah stabil mencapai angka itu baru boleh ke level berikutnya. Kalau belum, jalani terus sampai stabil 7 hari berturut-turut.
Ada aturan lain: harus puasa 16 jam sehari. Setelah jam 8 malam tidak boleh lagi makan apa pun. Itu makan terakhir hari itu. Itulah makan sahurnya. Lalu puasa. Sampai pukul 12 siang keesokan harinya. Selama 16 jam.
Jam 12 siang jendela dibuka: jendela makan. Hanya jendela. Bukan pintu.
Tapi jendela itu lebar. Anda boleh makan apa saja yang Anda suka: asal jangan yang dilarang tadi. Ayam dan daging goreng pun boleh. Sate boleh. Tempe goreng boleh. Asal tidak dibumbui gula atau terigu.
Gorengan itu akan jadi lemak. Lemaknya akan jadi sumber energi bagi tubuh.
Yang tidak ada batasan masuk ke perut adalah ini: air putih. Pun di saat jam puasa, Anda boleh minum air putih.
Wulan menjelaskan itu ke sang kakak. Bisa dimengerti. Sang kakak menuliskan jawabannya: “Saya mau hidup”.
Wulan pun mengendalikan dapur. Tidak boleh ada gula di dapur.
Misalnya masakan sayur asam. Itu memang sayur. Tapi unsur gulanya lebih mencelakakan daripada unsur manfaat sayurnya. Pun masakan sayur lainnya.
Ada masalah teknis. Haruskah Wulan punya dua dapur. Untuk kakaknyi dan untuk dirinyi sendiri.
Ribet.
Maka muncullah tekad baja-kurima Wulan: ikut sekalian menjalani KetoFastosis. Cukup satu dapur. Tanpa gula dan tepung apa pun. Dia ingin menyembuhkan sang kakak secara total. Dia juga memberitahu kakak: sang kakak tidak menjalani KetoFastosis sendirian.
Kebetulan suami Wulan juga lagi perlu turun berat badan: 88 kg. Harus ikut sekalian KetoFastosis. Sang suami mau.
Kebetulan keluarga ini tidak perlu menyediakan makanan untuk anak. Semua anak di situ adalah anak asuh.
Mulailah program keras ini dilakukan: tiga orang menjalani KetoFastosis bersama-sama. Berat sama dipukul. Ringan, kebetulan tidak ada yang perlu dijinjing.
Hari-hari pertama, kata Wulan, bukan main beratnya. Badan lemes. Tapi sang kakak harus sembuh.