EVMF
Masalahnya bukan pada UU Kesehatan juga bukan pada Institusi yang menaungi profesi kedokteran !! Masalahnya jelas ada pada yang bersangkutan : drh Yuda Heru Fibrianto MP PhD. !! CHD menuliskan : “Saya harus melakukan pengabdian ini. Saya pernah mau mati. Kepala saya sampai harus dibuka,” katanya. Kalau niatnya memang mau melakukan pengabdian, apa susahnya kuliah lagi di Fakultas Kedokteran Untuk Manusia !! Dengan basic ilmu pengetahuan yang sudah dikuasinya, melanjutkan pendidikan kedokteran tidak akan sesulit mahasiswa yang baru memulai kuliah, juga memungkinkan lebih singkat masa kuliahnya. Bagaimanapun juga, DI SELURUH DUNIA, UU dan segala macam peraturan yang menyangkut kedokteran mutlak diperlukan !!
Yuli Triyono
Sudah ada dokter hewan yang bisa menyembuhkan manusia. Lain kali semoga Disway bisa menampilkan sosok dokter manuisa yang bisa menyembuhkan hewan.
Jimmy Marta
Kecerdasan dan logika saja tidak cukup. Kalau mau dijadikan metode pengobatan, drh Yuda memang harus mengikuti prosedur yg berlaku. Cara baru dan obat baru mesti melalui SOP dunia ilmiah medis. Pada saat corona merebak, yg kemudian dinyatakan sbg pandemi, obatnya belum ada. Berbagai penelitian di banyak negara berpacu untuk menemukan obat baru anti virus. Vaksin anti virus corona. Kita lihat bgmn prosedur dilaksanakan. Uji lab, uji sampel 1 dan 2. Sampai diyakini vaksin memang ampuh. Setelah itu barulah vaksin dp izin dipakai untuk pengobatan.
Rizky Dwinanto
Stemcell, protein cell, PRP, berikutnya menghentikan proses penuaan. Teknologi semakin dekat meski akan berlawanan dengan etika. Ah, etika itu hanyalah kesepakatan manusia. Jika manusia sepakat bahwa menghentikan proses penuaan tidak bertentangan dengan etika, maka jadilah etika baru. Selangkah lagi ilmu pengetahuan akan membawa ke arah keabadian manusia. Saya sering tertawa ketika ada netizen yang sedang kesal ke politisi dan mengomel, “Semoga kalian segera dipanggil blablabla”.. Yayayaya.. netizen itu akan lebih dulu dipanggil tuhan karena politisi itu bisa memperpanjang umurnya (dengan uang yang dimiliki).. Begitulah, saya yang masih harus mikir bayar SPP anak tiap bulannya, harus menerima kenyataan teknologi diatas itu bukan untuk saya..