BANDUNG BARAT – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menggulirkan program Sekolah Penggerak.
Program ini fokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik mencakup kompetensi (literasi serta numerasi) juga karakter.
Di Kabupaten Bandung Barat (KBB) sendiri, program ini telah dilakukan dengan harapan mampu memberikan kemajuan bagi setiap sekolah.
Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) KBB, Dadang A. Sapardan menjelaskan, sekolah penggerak sebagai upaya untuk peningkatan dunia pendidikan.
“Sekolah penggerak diharapkan menjadi satuan pendidikan yang mengarahkan pada upaya peningkatan pendidikan. Sekolah ini dimungkinkan menjadi katalisator perubahan ke arah kemajuan,” kata Dadang saat dihubungi Jabar Ekspres, Kamis (24/11) lalu.
Program Sekolah Penggerak sendiri, kata dia, lebih menguatkan pada ekosistem belajar, baik pada sisi manajemen sekolah.“Penguatan ekosistem belajar, baik pada sisi manajemen sekolah maupun pada sisi manajemen pembelajaran,” katanya.
Dalam sekolah penggerak ini, profil pelajar Pancasila, kata Dadang, lebih ditekankan.“Jadi tampilan profil pelajar Pancasila itu lebih dimunculkan di antaranya mengarah pada tampilan siswa yang memiliki kompetensi kognitif dan non-kognitif (karakter),” tuturnya.
’’Oleh karenanya, sosok pelajaran Pancasila tidak menihilkan pembentukan karakter pada siswa sebagai subjek kebijakan program ini,” katanya.
Salah satu sekolah di KBB yang sudah menerapkan sekolah penggerak yakni SMP Darul Falah 2 Cihampelas.Kepala SMP Darul Falah 2, Agus Hidayat D. Idris menjelaskan, untuk menguatkan profil pelajar Pancasila berbagai program sekolah penggerak dibuat secara rinci.
Salah satu program yang bergulir yaitu memberikan apresiasi atas prestasi yang dicapai siswa.”Kami sangat mengapresiasi siswa yang berprestasi dari segala bidang, baik itu bidang akademik maupun non akademik. Penghargaan tidak hanya diberikan kepada siswa yang menjuarai berbagai lomba saja, prestasi hasil inisiasi mereka sendiri pun, sangat kami hargai,” kata Agus.
Tercatat ada 52 siswa yang menjadi inspirasi bagi siswa yang lain untuk terus belajar membaca Alquran dan kitab kuning. Mereka menjadi penebar kebaikan untuk lingkungannya, berhasil mengelola waktu dan menjaga konsistensi diri untuk menghapal setiap hari. Tidak dipaksakan, tapi didorong untuk selalu menggunakan waktu dengan sebaik mungkin.