Soal Gempa, Waspada Tentang Ancaman Sesar Lembang Berpotensi Jadi Petaka Buruk Buat Bandung

Jabarekspres.com- Gempa bumi baru saja terjadi di kota Cianjur saat ini. Beberapa rumah dikabarkan rubuh akibat peristiwa gempa siang ini. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan telah terjadi gempa bumi berkekuatan M 5,6 siang ini.

Seperti dikutip dari Twitter resmi BMKG, gempa itu terjadi di kedalaman 10 kilometer pada Senin (21/11/2022) pukul 13:21:10 WIB.

“Koordinat 6.84 lintang selatan dan 107.05 bujur timur,” tulis BMKG. Pusat gempa berada 10 kilometer barat daya Kabupaten Cianjur, Jabar. Namun gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami.

Menurut beberapa kesaksian warga Cianjur warga sempat berhamburan keluar rumah karena ketakutan dan panik. Gempa ini merupakan gempa susulan dari beberapa yang terjadi pada kemarin.

BMKG juga mengimbau agar masyakarat tetap waspada karena khawatir ada gempa susulan.

Namun ternyata ada ancaman lain yang sebenarnya bisa mengancam kota Bandung saat ini jika terjadi gempa yaitu sesar lembang. Koordinator Mitigasi GempaBumi dan Tsunami, Daryono menjelaskan sesar lembang merupakan sesar yang aktif di Jawa Barat saat ini. Lokasi jalur sesar ini terletak sekitar 10 km dari arah utara kota Bandung dan dengan panjang sesar sekitar 25-30 km, berarah barat timur.

“Hasil kajian para ahli menunjukkan bahwa sesar aktif ini memiliki magnitudo tertarget 6,8. Kapan gempa kuat akan terjadi, tidak seorang pun ada yang tahu. Agar selamat dari gempa, kita dapat melakukan upaya mitigasi konkret dengan membangun rumah tahan gempa dan belajar cara selamat saat terjadi gempa,” ujarnya.

Upaya untuk monitoring sesar lembang sudah dilakukan oleh BMKG sejak dari lama. Pada 1 Januari 1963 BMKG mulai memasang dan mengoperasikan Seismograph WWSSN (World Wide Standardized Seismograph Network) pertama kali di Lembang. Jenis seismograf ini adalah Benioff Short Period 3 Komponen dan Sprengneter Long Period 3 Komponen.

Namun sejak tahun 2008 karena semakin banyaknya alat pendeteksi gempa BMKG mulai mengoperasikan jaringan monitoring gempa digital (digital seismic network) menggunakan sensor gempa dengan kawasan frekuensi lebar (broadband) dan membuat proses sensorik gempa saat ini semakin maju dan lebih baik dari sebelumnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan