Lafaz Istigfar Terbaik Ajaran Rosulullah

JABAR EKSPRES – Ada beberapa lafaz Istigfar yang sering dibacakan oleh umat muslim, namun ada lafaz istigfar terbaik yang pernah diajarkan oleh Rosulullah.

Dilansir dari Sharing Islami, Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah bersabda:

“Pimpinan istighfar adalah ucapan,

Allaahumma anta Robbii laa ilaaha illaa anta.
Kholaqtani wa ana ‘abduka.
Wa ana ‘alaa ‘ahdika wa waʼdika mastathoʼtu.
A‘uudzu bika min syarri maa shonaʼtu.
Abuu-u laka bi niʼmatika ‘alayya.
Wa abuu-u laka bi dzanbii.
Faghfirli. Fa innahu laa yaghfirudz-Dzunuuba illaa anta.”

Artinya : Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku; dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah dosaku. Sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.”
H.R. Al-Bukhari [6306].

Baca juga :  Pentingnya Istigfar Seusai Sholat Fardhu

Dari hadits diatas bisa diambil beberapa hal penting, diantaranya :

1. Nabi Muhammad menyebut istighfar ini sebagai pembukanya istighfar (Sayyidul Istighfar), hal ini karena keutamaan lafazh istighfar ini mengungguli seluruh jenis istighfar lainnya. [Ithaf al-Muslim, (2/513)].

2. Sayyidul Istighfar menekankan tentang pentingnya kita untuk selalu mengingat kebaikan-kebaikan Allah kepada kita.

Abuu-u laka bi niʼmatika ‘alayya (Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku).

Jangan sampai hilang satu, seolah sudah tidak ada lagi nikmat Allah yang tersisa pada kita. Ini tindakan yang keliru. Dan dalam Sayyidul Istighfar, kita menasihati diri agar tidak berbuat demikian.

Abuu-u laka bi niʼmatika ‘alayya (Aku mengakui segala nikmat-Mu kepadaku).

Berada di titik ini, akan menumbuhkan rasa cinta yang kuat kepada Allah ta‘ala.

Baca juga :  12 Macam Bacaan Istigfar  dan Waktu Terbaik Membacanya

3. Kita adalah hamba yang memiliki banyak kekurangan dalam menunaikan hak Allah.

Hal ini terlihat dari kalimat: abuu-u laka bi niʼmatika ‘alayya. Wa abuu-u laka bi dzanbii (Aku mengakui seluruh nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan