Kertas Mati

Harga jualnya sangat baik. Jauh melebihi untuk biaya ke surga: Rp 9,7 triliun.

Sang kakak biasa dipanggil Jin-jen.

Sang adik dipanggil Jin-guo.

Amitohu: dua-duanya sudah rukun kembali di surga Tuhan mereka. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahan Iskan di Tulisan Edisi 11 November 2022: Tengah Periode

 

Leong putu

Kulihat awan hitam kelam / Kubawa minyak ku siapkan petromax / Eehh Bung Bitrik mimpi apa semalam ? / Pagi ini kok dapat pertamax / … Selamat, selamat pagi. Salam

 

Muin TV

Nah, bagaimana cara mencetak dokter spesialis, yang kata Menkes Budi sangat minim. Mudah saja, APBN kita 20% untuk pendidikan. Kalau total Apbn kita adalah 3000 trilyun, ada kurang lebih 500 trilyun masuk ke kementrian pendidikan. Coba tempatkan 20 trilyun saja di bank-bank nasional atau Bank Jago lah (banknya Gojek) sebagai dana bergulir. Siapapun yang mau melanjutkan s1, s2, s3 atau ambil spesialis bisa mengaksesnya. Ya… mengajukan pinjaman untuk melanjutkan pendidikan. Setelah lulus dan bekerja bayar pinjamannya ke bank tersebut. Saya kira, dengan cara ini kita akan lebih cepat melahirkan doktor dan juga spesialis di bidang kesehatan. Tidak harus menunggu dapat beasiswa dari universitas luar negeri. Cara ini dilakukan Malaysia, untuk mendorong warganya kuliah di luar negeri. Cuma masalahnya, kalau sudah lulus dan gak bisa kerja, pusing juga mengembalikan duitnya. Hehehe…..

 

Muin TV

Karena susah login, ini untuk komentar tulisan kemarin. Menurut catatan Konsulat Malaysia di Pekanbaru, setidaknya setiap tahun ada 500.000 orang Riau yang berobat ke Malaysia Tujuan favoritnya adalah ke RS. Malaka. Kalau 1 orang pasien menghabiskan RM 1.000 saja, sudah 500 juta Ringgit devisa masuk dari orang Riau untuk negara Pak Cik Saman. Padahal, kalau orang sakit yang berobat, pasti tidak sendiri, minimal 2 orang. Bayangkanlah sendiri, berapa banyak duit keluar ke sana. Lalu, kenapa orang Riau lebih memilih berobat ke Malaka? Jawabannya adalah: pertama, pelayanan. Begitu kita mendarat di Bandara Malaka, sudah ada mobil jemputan dari RS. Malaka. Kita naik gratis. Siapapun naik mobil itu, gratis. Walaupun kadang tujuannya bukan ke RS. Malaka, tetap boleh naik dan gratis. Jarak dari Bamdara Malaka ke RS. Malaka, itu kurang lebih seperti jarak dari Bandara Sukarno Hatta ke RSCM. Yang kedua, pelayanan dokter. Diagnosa dokter di Malaka lebih presisi, ketimbang dokter di Pekanbaru. Suatu hari, tetangga saya masuk rumah sakit swasta besar di Pekanbaru. Sudah 2 hari dokter gak tahu apa penyakitnya. Begitu dibawa ke Malaka, ternyata demam berdarah. Aduuh… gini aja dokter kita gak tahu. Aneh. Akhirnya, dia telpon dari Malaka untuk melakukan fogging rumah. Dan dokter di Malaysia kalau berbicara apa adanya. Kalau memang penyakitnya bisa disembuhkan, ya… dia bilang bisa. Kalau memang gak bisa, ya.. gak bisa. Gak dibilang, “ya… kami sedang usahakan, sabar ya pak.”

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan