Kertas Mati

Maka saya terpaksa memutuskan Jawa Pos mendirikan pabrik kertas koran sendiri. Saya keliling Jerman, Austria, Italia, Swiss, dan Prancis. Lebih 20 pabrik kertas saya kunjungi. Yang baru maupun yang sudah berumur 100 tahun.

Ketika ke Prancis, saya tidak pernah ke Paris, Lyon, maupun Lille. Saya dari desa ke desa. Termasuk sampai ke sepelosok Grenoble. Atau Normande. Tidak ada pabrik kertas yang di kota.

Saya agak riya’ sedikit, juga keliling Tiongkok. Dan Taiwan. Sekolah. Sekolah. Sekolah. Sekolah kertas. Ini mata pelajaran baru sama sekali bagi saya: bagaimana membuat kertas.

Pikiran saya pun melambung tinggi. Jumlah koran terus bertambah. Pemakaian kertas naik terus. Kalau sudah punya pabrik kertas sendiri tidak akan pusing lagi.

Ternyata salah. Membuat pabrik kertas ternyata lebih sulit daripada membuat berita. Gambaran tidak pusing lagi ternyata keliru.

Pusingnya tidak hilang. Hanya pindah: pabrik kertas itu sering berhenti.

Pusingnya tuh di sini: listri PLN begitu sering mati. Byar-pet. Kena giliran. Atau mati sendiri. Kalau hujan mati. Angin kencang mati. Padahal pabrik sebesar itu tidak boleh berhenti-berhenti.

Maka, kelak, dua tahun kemudian, saya sekolah lagi. Keliling lagi. Mata pelajaran baru lagi: bikin pembangkit listrik. Tidak mau lagi tergantung hanya ke PLN.

Jinjen tidak mau menolong saya. Saya memaklumi alasannya. Masuk akal.

Akhirnya penolakan itu telah memaksa saya maju: mendirikan pabrik kertas.

Mbak Tutut yang meresmikannya. Bersama Jenderal Hartono.

Saya undang Sulistyo bersaudara, saya lupa apakah mereka datang. Perhatian saya terfokus ke Mbak Tutut yang lagi terang sinarnyi.

Tahun 2013, ketika agak jauh dari Surabaya, saya mendengar: Surya Kertas dalam keadaan sulit. Ia tidak mau minta tolong adiknya. Atau adiknya tidak mau menolong kakaknya. Kesulitan itu begitu sulit. Surya Kertas dipailitkan orang. Pailit.

Tak lama kemudian saya mendengar berita duka: Tirto meninggal dunia. Ia memang sering sakit. Punya komorbid gula darah.

Setahun berikutnya saya dengar drama ini: dalam proses kepailitan itu terjadi kecurangan. Ditemukanlah fakta kuratornya dianggap bermain. Diadukanlah kurator itu ke polisi. Sang kurator ditahan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan