BANDUNG – Kenaikkan harga kedelai, sempat membuat sejumlah perajin tahu tempe di Kota Bandung, hendak melakukan aksi mogok massa produksi.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, mengatakan bahwa naiknya kacang kedelai yang berimbas pada perajin tahu tempe, diakibatkan situasi ekonomi global.
Penyebab kenaikan harga kacang kedelai antara lain karena Indonesia masih mengandalkan kedelai impor dari Amerika Serikat, Kanada, Brazil.
Terlebih kondisi Ukraina, salah satu pemasok impor kacang kedelai, saat ini sedang tidak kondusif. Dimana kegiatan ekspor dan impor pun sedikit banyak alami gangguan.
“Ukraina sebagai penghasil gandum sama kedelai juga, setidaknya sekarang itu dengan situasi global ini (biaya, red) transportasi juga mahal,” ungkap Yana di Balaikota, Jumat (14/10).
Melihat situasi tersebut, lantas dirinya meminta, para perajin tahu tempe lebih dulu menahan diri untuk tidak lakukan aksi mogok produksi.
“Kalau saya berharap tidak usah mogok. Toh, kami juga memberi subsidi yang Rp1.000. Sudah jalan. Dari pemerintah pusat,” tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Kadisdagin) Kota Bandung, Elly Waslian menyampaikan, Kemendag telah mengeluarkan program Pemberian Bantuan Penggantian Selisih Harga Pembelian Kedelai di Tingkat Pengrajin Tahu dan Tempe.
“Pemerintah memberikan subsidi Rp1.000/kg lewat Bulog sebagai stabilisator,” katanya.
“Mekanismenya adalah Kopti Kota Bandung yang beranggotakan para pengrajin tahu dan tempe membeli kacang kedelai di Bulog. Kacang ini Bulog beli dari importir,” imbuhnya.
Program subsidi ini sudah masuk tahap kelima. Tahap pertama dilakukan bulan April. Lalu, Oktober ini telah masuk tahap kelima.
“Sudah ada 576 pengrajin tahu tempe yang terdaftar di Kopti. Para pengrajin ini insyaAllah yang akan mendapatkan subsidi,” pungkasnya.
Demi menyelaraskan program dan menyepakati keputusan bersama, rencananya Pemkot Bandung yang diwakili Disdagin dan Bulog akan bertemu Kopti. (zar)