Rasialis Fanatis

 

Alon Masz Eh

Dulu… Org cuma belajar di bangku kuliah, forum intelektual, forum keagamaan formal. Logis, referensi tepat, arahnya murni, yang bicara sudah terbukti dan tidak butuh pembuktian diri…. Hanya aktualisasi keilmuan. Teknologi datang… Ada kebebasan, ada blog, ada youtube, ada WAG, ada warung kopi. Saya pernah mampir lelah di warung kopi tubruk sederhana yang rame (tanpa latte2), hmmm… Banyak orang piawai sedang adu cerita dan opini. Entah kenapa muncul saran youtube bertema sama, yang begitu selesai saya tonton, isinya sama tema di warung itu, menggelikan kebenarannya. Dan lucunya sama dengan adu posting, perdebatan dan opini di WAG yang malas saya buka. Masih ditambah obrolan keras2 di perempatan jalan yang ingin didengar dan diakui…. Hmmmm… Kesimpulannya… Opini dibangun orang yang tidak kompeten, tidak pas keilmuannya, dibagikan dan diposting oleh teknologi, diterima oleh yang membutuhkan pengakuan/pembuktian diri, mengaktualisasi diri di forum WAG, forum warung kopi dan cangkrukan perempatan. Sak karepmu, ga ngurus…mute group notifications, baca CHD, ga usah dibawa emosi komentar CHD yang mirip WAG, baca buku, nawar duren mati2an, makan duren serumah… Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?

 

thamrindahlan

Yang baca disway itu : INTELEKTUAL Yang koment disway itu : NASIONALIS Perihal WA hampir sama keluhan member antara sebel bin mangkel. Pengen keluar tapi takut dibilang bandel binti kesel. Tetapi sebaliknys ada juga oknum member malah kesemsem bin ketagihan bersebab merasa punya media curhat guna menunjukkan dirinya “pinter.” hehehe. Mur dan skrup asli pasangan / Besi baja tambang soroaka / Member Grup WA puluhan / Anggap saja hiburan belaka /

 

Ahmad Fahmi

Sudah ketiga kalinya saya membaca di catatan pak Dahlan ada aroma krisits terhadap agama dalam hubungannya dengan kebebasan berfikir dan intelektualitas. Dua lagi saya dapatkan pada “Demo Gugat” dan “Mikra Gugat” yang membahsa dua Professor hebat kita yaitu Prof Mikra dan Prof Nidom. Perdebatan tentang hal itu bukan hal baru, mungkin sudah 500 tahunan sejak zaman Rennaisance dimulai di Eropa, bahkan lebih tua lagi di masa kejayaan ilmu dinasti Abbasiyah di Baghdad tahun 800an Masehi. Menurut saya agama mulai kalah sejak revolusi industri di pertengahan abad 19, karena yang jadi lawannya yaitu Iptek mulai berjaya. Sudah lazim jika manusia itu cepat sekali silau dengan keberhasilan, sehingga insting menirunya muncul lalu takluk. Sejak saat itu terutama di kalangan ilmuwan dan intelektual mulai populer filsafat empirisme yang awalnya sebenarnya hanya alat kerja dan hipotesa yang kemudian diangkat menjadi teori hingga akhirnya dijadikan ideologi. Sebelum adanya revolusi industri itu para ilmuwan hebat seperti Isaac Newton dan Carl Friedrich Gauss adalah orang-orang alim atau religius. Pak Dahlan, saya titip buku The Crisis of The Modern World yang ditulis oleh Rene Guenon tahun 1942 untuk Prof Mikra dan Prof Nidom : https://archive.org/download/in.ernet.dli.2015.78726/2015.78726.The-Crisis-Of-The-Modern-World.pdf

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan