Pituin Sumedang Jadi Bintang Film
BANDUNG – Ide membuat film pendek muncul ketika kasus bullying kian memperihatinkan, terutama di lingkungan pendidikan. Fenomena ini pun menyebabkan perilaku bertindak semena-mena pada korban. Maka melalui film Bertemu Lewat Mimpi, Titha Zee memberikan edukasi untuk para siswa.
Karya seni bergenre edukasi ini penuh inspirasi dan sangat menyentuh. Siswa diajarkan untuk terus bersemangat dalam menuntut ilmu. Bagaimanapun keadaannya, usaha untuk mewujudkan cita-cita harus tetap berjalan dengan penuh semangat.
Di awal pemutaran film, para siswa ramai bertepuk tangan saat kamera menyorot gerbang sekolah dan salah satu security yang tengah membersihkan sekolah. Selain itu, suasana tawa pun pecah saat salah satu penonton nampak di film itu. Tunjuk menunjuk para siswa pun terjadi. Dengan penuh rasa bangga.
Dipertengahan film, suasana berubah menjadi haru, sebagian dari mereka terlihat menangis usai salah satu pemeran utama bernama Adlan Zhikri beraksi. Mengapa tidak, sosok yang diangkat ini merupakan anak yang di usia tiga tahun telah ditinggal Sang Ayah. Selain itu, mengalami bullying di sekolah.
“Film ini diangkat dari kisah nyata. Jadi Adlan itu tidak tahu ayahnya, karena sejak lahir tiga bulan dia sudah ditinggal. Sosok Adlan pun diketahui sering dibully dan tidak punya teman di lingkungannya,” ucap Asisten Sutradara film Bertemu Lewat Mimpi, Titha Zee.
Titha Zee yang juga merupakan musisi tanah air ini menjelaskan, lewat alur cerita film Bertemu Lewat Mimpi mengajak para penonton khususnya siswa untuk merasakan apa yang dirasakan oleh sosok Adlan.
“Kisah ini kita angkat biar orang-orang tahu ada sosok yang perlu diperhatikan. Kita kasih motivasi bisa menjadikan seseorang,” jelasnya.
“Jangan membeda-bedakan orang. Meskipun bukan dari orang yang ada dan serba berkecukupan. Tapi dengan motivasi dan bantuan orang terdekat yang menyayanginya bisa membuatnya bangkit,” tambah dia.
Selain itu, dia berharap film yang dibuatnya menjadi pelajaran buat masyarakat. Terlebih mengajak semua pihak agar terbuka dan peduli terhadap lingkungan di sekelilingnya.
“Memperlakukan mereka layaknya manusia yang harus dilakukan. Lebih introspeksi diri. Jangan sampai yang kita bicarakan menyakiti sesama. Jadi kita harus lebih baik lagi,” harapnya.