Queen Elizabeth II, Seorang Pilar Stabilitas dalam Masa Gejolak

Jabarekspres.com – Kabar duka diketahui berasal dari kerjaan Inggris dimana Queen Elizabeth II menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis (08/09).

Kendati demikian, rakyat senantiasa tidak akan melupakan sosok wanita dengan perjuangannya tersebut. Elizabeth II merupakan wanita yang merupakan pilar stabilitas dalam masa gejolak.

Elizabeth, merupakan seorang pemimpin kerajaan yang tetap menerapkan sistem monarki Inggris ditengah riuhnya kondisi dunia terutama Inggris, seperti pemerintahan yang sosialis, pemogokan yang merusak, inflasi yang tak terkendali dan pandemi.

Meski ia mewujudkan sistem nilai yang tampaknya sudah using, namun ia berhasil menjaga monarki Inggris dan mempertahankan popularitasnya.

Sebetulnya, Ratu dan Keluarganya pernah menolak pengurangan monarki yang sebagian besar dialami di Eropa. Mereka pun hidup dalam kemegahan dongeng di istana dan kastil mereka.

Bahkan muncul di acara publik yang sulit tersentuh seperti pernikahan atau Pembukaan Parlemen Negara.

Alih-alih mengasingkan rakyatnya, jarak dan martabat sang ratu membantu melestarikan budaya yang menjadi pilar monarki.

Hebatnya, Elizabeth meninggalkan sebuah institusi yang diperkuat daripada dilemahkan oleh dekade-dekade penuh gejolak yang dia lalui. Itu mungkin pencapaian dan warisan terbesarnya.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah kasih sayang bangsa itu bersifat pribadi kepada Elizabeth atau kepada mahkota yang diwakilinya.

Putranya Pangeran Charles telah menjadi pewaris takhta selama bertahun-tahun. Gayanya sangat berbeda dengan ibunya.

Bagian dari rahasia popularitas ratu adalah ketidakberpihakannya yang cermat terhadap masalah politik.

Tidak seperti Pangeran Charles, yang terkadang pandangan konservatifnya yang eksentrik tentang arsitektur serta pandangan progresifnya tentang lingkungan telah menyebabkan kontroversi.

Dan tidak seperti raja abad ke-20 sebelumnya yang terlibat dalam intervensi politik yang membawa bencana, Queen Elizabeth II memerintah tetapi tidak pernah berusaha untuk memerintah.

Komponen lain dari kesuksesannya adalah pesona pribadi sang ratu dan program jalan-jalan umum, pertunangan, dan tur resmi yang tak kenal lelah.

Selama masa pemerintahannya, dia melakukan lebih dari 260 kunjungan resmi ke setidaknya 117 negara yang berbeda, 32 di antaranya dia secara nominal memerintah sebagai kepala negara.

Wajahnya muncul di perangko dan uang kertas tidak hanya di Inggris tetapi di setidaknya 15 negara lain, termasuk Kanada, Australia, dan Selandia Baru.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan