Di saat harga porang jatuh itulah Endro terpikir untuk menjadi pedagang beras porang. Apalagi ia melihat di medsos ada peluang: boleh membeli beras porang dari UMKM di Pati itu untuk dikemas sendiri.
Endro pun ke Pati. Ia sudah berhenti bekerja. Ia sepenuhnya terjun ke porang. Ia menemui pengusaha UMKM tersebut.
Deal. Done.
Ia membeli beras porang dari sana untuk ia kemas dengan nama MaMaGu.
“Berasnya enak. Punel,” ujar Endro.
Punel?
Mana ada beras porang punel?
Saya pun minta Endro untuk menceritakan kunjungannya ke Pati. Apakah ia melihat sendiri proses produksinya. Apakah ia tahu komposisi beras porang yang ia beli.
Misalnya: apakah beras porang tersebut dicampur beras punel. Kalau dicampur berapa banyak campuran itu.
Ternyata Endro tidak diizinkan melihat proses produksinya. Juga tidak mendapat informasi tentang komposisinya.
Saya pun menghubungi pabrik yang di Juwono itu. Lenny Sunoto, pemiliknya, sangat responsif. Lenny langsung menjawab pertanyaan saya. Juga mengirimkan foto-foto produk pabriknya.
Lenny juga mengirimkan komposisi kandungan beras porang itu. “Beras Porang saya namanya Glukomanan Porang Beras Instan”, ujar Lenny. Isinnya beras padi dan tepung glukomanan dari porang.
Jelas. Bukan porang murni.
Lenny menyebutkan tepung porang untuk campuran itu diperoleh dari PT Sanindo Porang Berkah, Jabar.
“Tepungnya sudah ada hasil lab nya dan label halalnya,” ujar Lenny.
Tentu Glukomanan Beras Porang Instan ini satu kreasi dagang yang pintar. Meski bukan murni porang tapi bisa mengklaim ada unsur porangnya.
Yang penting Lenny jujur: tidak mengklaim bahwa itu murni glukomanan porang. Di daftar isi memang disebutkan secara apa adanya. Bahwa di dalamnya masih ada kandungan karbohidrat sampai 13,54 dan gula 25,49.
Sedang beras porang yang murni dua unsur tersebut 0.
Lenny tentu punya formula sendiri untuk mencampur beras padi dengan tepung porang.
“Prosesnya diawali dengan memproses terlebih dahulu berasnya. Menggunakan formula alami produksi Dapur Porang. Yakni untuk menurunkan karbo dan kalori dari beras padinya,” ujar Lenny. “Kami menggunakan oven untuk pengeringannya, tanpa mesin Pak,” tambahnyi.