Membangkitkan Kembali Semangat Budaya Menulis

Abdullah kembali bertanya, “Apakah dalam keadaan marah dan ridha?” Rasul kembali menjawab, “Iya, sesungguhnya tidak pantas bagiku kecuali mengatakan yang benar”.

Abu Hurairah juga bercerita, pada saat penaklukan Makkah, Rasulullah melakukan khutbah. Kemudian seorang dari Yaman yang bernama Abu Syah tiba-tiba berdiri.

Dia berkata, “Wahai Rasulullah! Tuliskanlah khutbah ini untukku”. Rasulullah bersabda, “Tuliskanlah khutbah ini untuk Abu Syah”.

Tradisi menulis kemudian semakin berkembang pesat pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah, ditandai dengan munculnya sejumlah upaya penerjemahan ilmu pengetahuan dari bahasa Yunani, Cina, Sanskerta, dan Persia ke dalam bahasa Arab.

Dengan dukungan Harun ar-Rasyid dan dilanjutkan pada masa al-Makmun. Al-makmun bahkan mendirikan Baitul Hikmah yang menjadi perpustakaan sekaligus lembaga penerjemahan, sehingga menjadikan Baghdad sebagai pusat peradaban dunia pada saat itu.

Keberhasilan tersebut dilanjutkan oleh dinasti-dinasti berikutnya, seperti dinasti Fatimiyah di Kairo Mesir yang mendirikan Dar al-Ilmi, juga keturunan dinasti Umayyah di Cordoba Spanyol yang mendirikan perpustakaan yang mengoleksi ribuan jilid karya-karya ilmuan muslim.

Berkat semangat tradisi menulis, penerbitan dan hadirnya beberapa perpustakaan, banyak karya para ilmuan dari setiap abad dengan berbagai macam disiplin keilmuan, masih bisa kita nikmati sampai saat ini.

Ketika sebuah generasi telah berlalu, maka generasi berikutnya akan sangat membutuhkan catatan dan penjelasan dari generasi sebelumnya. Ilmu pengetahuan generasi yang telah lalu diharapkan bisa menghilangkan kebodohan generasi pada saat ini.

Jika generasi terdahulu telah menanam, dan saat ini buahnya telah bisa kita rasakan, maka sekarang saatnya bagi kita untuk menanam, agar buahnya bisa dirasakan generasi mendatang.

Berbagai macam manfaat dan keutamaan menulis telah banyak dituliskan pula oleh narasumber yang lain yang bisa dicari di berbagai media massa baik offline maupun online.

Dalam tulisan sederhana ini, penulis hanya ingin berbagi bahwa tulisan adalah puncak tahapan seseorang dalam menuntut ilmu, tentunya juga sesuai dengan jenjang program dimana ia menuntut ilmu.

Jika diuraikan, sekurang-kurangnya inilah tahapan seseorang dengan ilmu hingga ia dapat menuliskannya :

1. Mendeteksi

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan