AHAMMIYYATU YA’KULU LI AL MU’MINIIN, Urgensi MAKAN bagi Orang-orang Beriman

JABAR EKSRPES – MAKAN, Merupakan Aktifitas yang menjadi Kebutuhan Asasi bagi semua makhluk hidup di dunia yang kondisinya masih Normal.

Artinya, MAKAN Menjadi AKtifitas yang Akan selalu dilakukan sepanjang makhluk hidup masih memerlukan Nutrisi untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap bisa bertahan hidup.

Mengapa ini harus dipahami…???

Karena HIDUP tidak bisa lepas dari urusan MAKAN, sedangkan HIDUP bagi Mu’min adalah Harus menjadi Ibadah Didalamnya sepanjang Usia hingga Penghabisan.
Jadi MAKAN harus bernilai ibadah bagi Mu’min, karena kalau tidak demikian maka sia-sia setiap aktifitas MAKAN yang dilakukan di berbagai tempat dan kesempatan.

MAKAN bagi seorang Mu’min harus Menjadi Amal yang Kelak bisa menyelamatkannya dari Api Neraka.
MAKa jangan sampai Asal Neureuy kalau kata orang Sunda mah, jangan asal telan tanpa memperhatikan perkara-perkara yang dapat menjadi penyebab keselamatan atau kecelakaan dunia akhirat .

Ada sebuah do’a selain tentunya Bismillaah yang diajarkan oleh Rosuululloh Muhammad SAW sebagai pembuka semua amal termasuk MAKAN.

Do’a yang sering dibaca sebelum makan itu adalah :
“Allohumma Baariklanaa Fii Maa Rozaqtanaa Waqinaa ‘Adzaabannaar…”

Salah satu jalur atau asal-usul do’a itu yaitu,

Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwatho (3447), Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf (24512), Al Baihaqi dalam Al Asma’ wash Shifat (370),

عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّهُ كَانَ لاَ يُؤْتَى أَبَداً بِطَعَامٍ أَوْ شَرَابٍ، حَتَّى الدَّوَاءُ، فَيَطْعَمَهُ أَوْ يَشْرَبَهُ حَتَّى يَقُولَ: الْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانَا. وَأَطْعَمَنَا وَسَقَانَا. وَنَعَّمَنَا. اللهُ أَكْبَرُ. اللَّهُمَّ أَلْفَتْنَا نِعْمَتُكَ بِكُلِّ شَرٍّ. فَأَصْبَحْنَا مِنْهَا وَأَمْسَيْنَا بِكُلِّ خَيْرٍ. نَسْأَلُكَ تَمَامَهَا وَشُكْرَهَا. لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ. وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ. إِلَهَ الصَّالِحِينَ. وَرَبَّ الْعَالَمِينَ. الْحَمْدُ للهِ. وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. مَا شَاءَ اللهُ، وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا. وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya (‘Urwah bin Zubair bin Al ‘Awwam RA. ) bahwasanya tidaklah ia dihidangkan makanan atau minuman kecuali pasti ia berdoa dengan beberapa doa. Ia makan dan minum sesudah berdoa:

[ Alhamdulillaahilladzii hadaanaa wa ath’amnaa wa saqoona wa na’amnaa, Alloohu akbar. Alloohumma alfatnaa ni’matuka bikulli syarrin. fa ash-bahnaa minhaa wa amsaynaa bikulli syarrin. nas-aluka tamaamaha wa syukrohaa. laa khoyro illaa khoyruka. walaa ilaaha ghoyruka. ilaahas shoolihiin. wa robbal ‘alamiin. alhamdulillaah wa laa ilaaha illalloh. waa syaa-allohu walaa quwwata illaa billaah. Alloohumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa waqinaa ‘adzaabannaar ]

( segala puji bagi Alloh yang telah memberi kita hidayah dan telah memberi kita makan dan telah memberi kita minum dan telah memberi kita nikmat. Alloh Maha Besar. Ya Alloh jauhkanlah nikmatMu ini dari segala keburukan. dan jadikanlah kami di pagi dan sore hari senantiasa dalam kebaikan. kami memohon nikmatMu yang sempurna dan kami memohon hidayah agar bisa bersyukur. tidak ada kebaikan kecuali dariMu. tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain diriMu, Engkau Tuhannya orang-orang shalih, dan Tuhannya semesta alam. Segala puji bagi Alloh dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Alloh. Dan segala sesuatu atas kehendak Alloh, dan tidak ada daya upaya melainkan atas izin Alloh. Ya Alloh berkahilah makanan yang telah engkau karuniakan kepada kami, dan jauhkanlah kami dari api neraka )”.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan