Membangkitkan Kembali Semangat Budaya Menulis

Dalam acara reses DPRD Kota Bandung yang diselenggarakan pada hari Minggu tanggal 28 Agustus 2022 di wilayah Kecamatan Buah Batu Kota Bandung.

Selain menyampaikan beberapa informasi penting diantaranya perihal pelayanan kesehatan dan pendidikan di Kota Bandung serta menampung aspirasi dari warga yang diwakili oleh perwakilan warga Kecamatan Buah Batu.

Dalam acara tersebut  juga diisi dengan pemaparan cara pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran, dari Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung.

Ketua DPRD Kota Bandung H. Tedy Rusmawan, AT.,MM, menyampaikan satu pesan yang menurut penulis sangat penting untuk diperhatikan dan untuk diamalkan yaitu Budaya Menulis.

Pesan tersebut mengingatkan kita dengan Budaya Menulis yang sangat baik untuk kita lakukan, dimana budaya ini sudah dirintis oleh para sahabat Rasulullah Muhammad SAW.

Kemudian diteruskan oleh para ulama setelahnya hingga sampai saat ini masih dapat kita nikmati hasil karya mereka berupa tuntunan ilmu yang sangat bermanfaat dalam hidup kita.

Mengapa Budaya Menulis sangat penting dalam hidup kita…???
Bagaimana pandangan Islam tentang Budaya Menulis ini ..???

Mari kita coba perhatikan uraian sederhana dibawah ini yang penulis rangkum dari berbagai sumber tentang Budaya Menulis atau disebut juga dengan INKSLINGING….:

Secara fitrah, manusia memiliki kemampuan mengingat sesuatu yang ada dalam memori otaknya, namun manusia juga memiliki sifat lupa.

Menurut Umar bin Khaththab, sebagaimana dikutip oleh al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanzul Ummal, faktor yang membuat manusia ingat atau lupa adalah, karena dalam akal manusia terdapat thakha’ah (awan) sebagaimana awan yang menyelimuti rembulan.

Ketika thakha’ah tersebut menyelimuti akal, maka manusia menjadi lupa, dan ketika thakha’ah tersebut hilang, maka manusia akan kembali mengingat apa yang mereka lupakan.

Karena memiliki sifat lupa itulah, dalam Bahasa Arab manusia disebut dengan al-insan. Penyair Arab mengatakan, “Wa maa summia al-insaanu illa li nisyaanihi” (dan tidaklah manusia disebut dengan al-insan kecuali karena sifat lupanya).

Termasuk yang sering dilupakan oleh manusia adalah ilmu pengetahuan yang pernah dipelajari, padahal lupa merupakan salah satu musibah bagi orang-orang yang berilmu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan