TEMBAK menembak ini seru sekali. Selama lima jam. Motifnya jelas: politik. Si Penembak marah karena rumah tokoh politik pujaannya digeledah FBI.
Kejadiannya Kamis pagi kemarin dulu. Ricky Shiffer, 42, mendatangi kantor cabang Biro Penyelidik Federal (FBI) di Ohio. Di kota Cincinnati. Ia nekat. Ricky ingin menerobos penjagaan depan. Ia membawa senjata. Petugas jaga, tentu, menghalanginya. Bahkan mengancamnya.
Ricky lantas lari. Dengan mobilnya. Ia ngebut ke arah jalan bebas hambatan 71. Dikejar. Dari segala arah. Ricky membelokkan mobilnya ke jalan di ladang jagung. Terjadilah kejar-kejaran di jalan tak beraspal. Ladang jagung membuat Ricky lebih mudah bersembunyi. Di Ohio-Iowa ladang jagung membentang sejauh mata memandang.
Saat terkepung Ricky berhenti. Ia keluar mobil. Menjadikan kendaraannya sebagai tameng. Ia menembaki petugas dari balik mobilnya. Meleset. Tidak ada peluru yang kena dinding –karena sawah itu tidak berdinding.
FBI pun dibantu armada patroli jalan raya setempat. Helikopter juga diterbangkan. Rendah. Ke mana pun Ricky melaju dengan mudah diikuti dari atas.
Penduduk di radius 1 km diminta mengunci pintu. Penghuni diminta tetap di dalam rumah masing-masing. Pintu harus dikunci agar buron tidak memaksa masuk. Lalu menjadikan penduduk sebagai sandera.
Ricky terus melawan dengan senjatanya. Akhirnya dor terakhir dibunyikan: Ricky tewas.
Ia pendukung fanatik Donald Trump.
Ia ternyata juga ikut menduduki Gedung Capitol tanggal 6 Januari tahun lalu.
Ia tidak rela rumah pribadi Trump di Palm Beach digeledah FBI. Senin lalu.
Bukan hanya Trump. Satu tokoh Partai Republik lagi juga disasar FBI. Sampai HP tokoh ini disita. Padahal ia anggota DPR. Saat di militer pangkatnya Brigadir Jenderal. Namanya: Scott Perry, 60 tahun.
Soal rumah pribadi Presiden Donald Trump digeledah, Anda sudah tahu. Langka sekali. Senin lalu. Rumah yang hebat itu hilang kesaktiannya. Yang di pantai indah Florida itu: Mar-a-Lago. Yang luas dan mewah.
Sejak Trump marah pada kota New York status kependudukannya memang pindah ke Florida. Domisili resmi Trump di Mar-a-Lago itu.
Sejumlah dokumen rahasia negara disita dari Mar-a-Lago. Termasuk soal nuklir. Itulah bagian dari 15 boks dokumen yang diangkut ke situ dari Gedung Putih. Di hari-hari akhir kepresidenan Trump.