Kolaborasi YAICI dan IBI Jabar Cegah Gizi Buruk dan Tekan Angka Stunting

“Kita Indonesia, sejak jaman Belanda sudah salah persepsi, dimana Kental Manis dianggap minuman bergizi, padahal ini salah. Bahkan kami yang pertama menggebrak SKM pada 2018 lalu. Coba lihat sekarang, sudah tidak ada lagi iklan SKM di media cetak, tv, online dan sebagainya. Bedanya di persepsi, sebagai susu, padahal SKM itu adalah sirup beraroma susu, sangat tinggi kadar gula lebih 50 persen,” tegas Arif.

Oleh karena itu, dalam rangka mendukung pencapaian target penurunan stunting, pihaknya menggandeng Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Barat memberikan pembekalan untuk meningkatkan literasi gizi bidan guna meminimalisir dan mengedukasi masyarakat agar para ibu tidak memberikan Kental Manis kepada balitanya.

“Dari 61 negara yang di survey, Indonesia berada di posisi 60, sangat rendah. Pernah menemukan anak usia 12 tahun terkena diabetes karena gula tinggi, karena itu kami menggandeng IBI Jabar, agar bidan yang dulunya menginformasikan kental manis itu susu baik bagi kesehatan, dapat mengedukasi kader-kadernya. Ada 29 daerah yang berhasil kami edukasi,” tambah Arif.

Selain itu, YAICI juga bekerjasama dengan guru-guru paud serta berbagai organisasi terkait lainnya tentang literasi gizi untuk anak.

Sementara Wakil Ketua IBI Jawa Barat, Nina Farida Ariani mengungkapkan, stunting merupakan program yang cukup lama. Dengan peralihan leading sector, baru dua tahun dilimpahkan ke BKKB.

“Jadi IBI tidak hanya satu sasaran saja, namun 1000 hari kehidupan sejak hamil, bahkan sejak remaja, IBI ikut mensosialisasikan bahaya stunting.  Bagaimana generasi yang akan datang? Jika ibu nya baik, sehat, tentunya anak juga baik dan sehat,” ujar Nina.

Namun milenial saat ini banyak yang salah kaprah, terutama tentang diet.

“Remaja putri sekarang notebene banyak yang diet, dimana tidak sesuai, karena makanan tidak mengandung gizi seimbang,” papar Nina.

Di samping itu, sosialisasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada balita juga masih rendah.

“Berikan ASI sesering mungkin, jika air susunya sedikit, artinya ada jaringan- jaringan yang tersumbat. Karena itulah, selain hubungan emosi antara ibu dan anak, dengan memberikan ASI sesering mungkin, tentunya ada rangsangan, sehingga asi menjadi lancar,” pungkas Nina.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan