Konflik Batas Wilayah, Desa Mulyorejo Kena Teror Rumah dan Kendaraan Dibakar, Polda Jatim Dirikan Posko Darurat

JABAREKSPRES.COM – Desa Mulyorejo Jember Jawa Timur,  sebulan terakhir  mengalami teror dari orang tak dikenal. Sejumlah rumah dan kendaraan dibakar, hingga suasana desa tersebut selalu mencekam.

Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo menjelaskan pihaknya sudah berhasil menangkap satu orang yang diduga sebagai pelaku teror dan memburu beberapa orang lainnya yang diduga juga terlibat.

Meski sudah ad apelaku yang ditangkap, namun sejumlah petugas masih tetap disiagakan untuk melakukan penjagaan di Lokasi.

Sejak ada laporan mengenai aksi pembakaran tersbeut, pihak kepolisian langsung melakukan pemeriksaan dan pengusutan, hingga satu pelaku teror desa Mulyorejo Jember  berhasil ditangkap pihak kepolsian.

Meskipun baru menangkap pelaku teror desa Mulyorejo Jember yang melakukan pembakaran sejumlah rumah warga, pihak kepolisian terus mengembangkan kasus ini.

Peristiwa teror desa Mulyorejo Jember Kabupaten Jember, Jawa Timur tersebut telah terjadi beberapa kali pada 3 Juli, 30 Juli, 3 Agustus, dan 4 Agustus 2022.

Kapolres mengatakan, pihaknya telah mendapatkan beberapa keterangan dari saksi-saksi di tempat kejadian perkara.

“Saat ini kami telah berhasil mengamankan satu tersangka,” jelas AKBP Hery.

Pelaku pembakaran beberapa rumah warga di Dusun Baban Timur tersebut merupakan warga Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi dan pihak Polres Jember terus melakukan pengembangan dari penangkapan.

AKBP Hery mengatakan bahwa peristiwa pembakaran tersebut terjadi di beberapa titik.

Salah satu penyebab peristiwa itu adalah karena ada konflik yang berkaitan masalah batas lokasi di perkebunan kopi.

“Ada beberapa warga menempati area di lokasi itu. Posisi mereka di Pedukuhan Dampikrejo dan Patungrejo, hanya rumahnya berjauhan satu dengan yang lain. Mereka sedang memanen kopi,” tambah AKBP Hery.

AKBP Hery juga menjelaskan bahwa wilayah Jember berbatasan langsung dengan Kabupaten Banyuwangi, sehingga sering ada yang merasa bahwa kopi yang menjadi hak mereka ada yang diambil sebagian.

Akibat hal tersebut menjadi terakumulasi hingga terjadinya aksi pembakaran yang dilakukan sekelompok orang.

“Kejadian itu akumulasi persoalan selama bertahun-tahun dan baru muncul saat, hal tersebut berdasarkan informasi yang ada dari warga serta saksi,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan