Peneliti Sayangkan Belum Ada Metode Standar untuk Menghitung Mikroplastik

Karenanya, menurut Inneke, melakukan penelitian itu sebenarnya bukan untuk memberitakan hal yang negatif.

“Nah, ini yang harus disadari. Tetapi masih banyak ketidakpastian tentang hal ini, belum tentu berbahaya tetapi kita juga belum tahu ke depan bahaya yang muncul apa,” katanya.

Di acara yang sama, Pakar Polimer Institut Teknologi Bandung (ITB), Ahmad Zainal Abidin menuturkan bahwa dirinya pernah menganalisa mikroplastik yang ada di air, baik dari sumbernya, air yang diproses maupun air produk kemasan. Menurutnya, semuanya itu ada mikroplastiknya meskipun jumlahnya tidak banyak.

“Tapi saya sulit untuk menyimpulkan dari mana mikroplastik itu berasal,” tukasnya.

Masih di acara yang sama, Peneliti Kimia LIPI, Andreas, juga mengakui sulitnya melakukan analisis  ini. Menurutnya, hal pertama yang harus dilakukan dalam proses pengujian mikroplastik terhadap mahluk hidup itu adalah identifikasi/konfirmasi.

“Tahapannya adalah kita melakukan proses pemisahan terlebih dahulu,” ujarnya.

Dalam proses pemisahan ini, menurut Andreas, umumnya dilakukan dua metode, yaitu fisika dan kimia. Setelah didapatkan terduga mikroplastik, tahap selanjutnya adalah proses identifikasi menggunakan metode instrumentasi.

“Ini untuk meyakinkan sesuatu yang diduga mikroplastik itu memang betul-betul mikroplastik,” katanya.

Setelah didapatkan terduga mikroplastik, tahap selanjutnya adalah proses identifikasi menggunakan metode instrumentasi.

“Ini untuk meyakinkan sesuatu yang diduga mikroplastik itu memang betul-betul mikroplastik,” katanya.

Karenanya dia juga heran dengan kehebohan pemberitaan terkait bahaya mikroplastik ini. “Saya heran terkait mikroplastik yang memang belum diketahui juga bahayanya dan juga belum tahu ke depannya bagaimana, tapi sudah heboh terlebih dahulu pemberitaanya,” tukasnya.

Dia mengatakan banyak infrastruktur yang harus dipakai kalau mau membuat standarisasi mikroplastik ini.

“Pada dasarnya bisa-bisa saja, tapi harus disesuaikan dengan kemampuan yang kita miliki. Kita nanti yang akan kesulitan juga karena ada standar metode yang belum bisa kita kejar,” pungkasnya. (*)

 

 

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan