Teks Khutbah Jumat Singkat Tentang Memanfaatkan Harta

Uang dan barang dagangan (manakah yang tercapai terlebih dahulu antara nishab emas atau perak, yaitu 85 gram emas 24 karat atau 595 gram perak murni). Nishab perak lebih rendah dalam hal ini sekitar 7 juta rupiah. Zakatnya, 2,5% dari saldo simpanan terakhir atau 2,5% dari total harga stok nilai barang dagangan sesuai harga pasar pada hari bayar zakat.

Selain zakat maal (harta), ada juga zakat fitrah (zakat yang terkait dengan badan) yang dikeluarkan menjelang Idulfitri.

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,

 

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ ، أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ ، وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى ، وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ

 

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah dengan satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan untuk dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan shalat Id.” (HR. Bukhari, no. 1503 dan Muslim, no. 984).

Zakat di atas disalurkan pada delapan golongan seperti yang disebutkan dalam ayat,

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

 

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanya untuk: (1) orang-orang fakir, (2) orang-orang miskin, (3) amil zakat, (4) para muallaf yang dibujuk hatinya, (5) untuk (memerdekakan) budak, (6) orang-orang yang terlilit utang, (7) untuk jalan Allah, dan (8) untuk mereka yang sedang terputus perjalanan jauh (untuk melanjutkan perjalanan), sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. At-Taubah: 60)

Keempat: Harta yang tersisa, setelah itu dimanfaatkan untuk sedekah sunnah (termasuk untuk amal jariyah), investasi, hingga tabungan untuk masa depan.

Imam Ibnu Baththal rahimahullah menjelaskan, “Barang siapa menyalurkan harta untuk tiga jalan (nafkah, zakat wajib, dan sedekah sunnah), maka ia berarti tidak menyia-nyiakan harta dan telah menyalurkannya tepat sasaran, juga boleh orang seperti ini didengki (bersaing dengannya dalam hal kebaikan).” (Lihat Syarh Bukhari, Ibnu Baththal, 5:454, Asy-Syamilah).

Hadirin yang dirahmati Allah.

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga Allah memberkahi semua harta kita.

 

Khutbah Kedua

Alhamdulillahiladzi arsala rosulahu bilhuda wa dinilhaq, liyudhirohu ‘aladdinikullihi walaukarihal musrikun.

Asyahdualla ilahailalloh waasyhaduanna muhammadan’abduhu warosulahu

llohuma solli’ala muhammadin wa’ala alihi waashabihi ajma’in.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan