BANDUNG – Pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Luar Negeri sebagai bagian dari Pemerintah Indonesia tetap melaksanakan amanah Bapak Wakil Presiden Pertama Indonesia, Mohammad Hatta. Amanah tersebut yakni melaksanakan politik luar negeri bebas aktif yang tidak memihak. Hal tersebut diungkapkan Diplomat Ahli Utama Kementerian Luar Negeri Duta Besar (Dubes) Teguh Wardoyo dalam peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke 67 tahun.
“Melaksanakan amanah Bapak Wakil Presiden, Moh. Hatta, mendayung di antara dua karang dalam pelaksanakan politik luar negeri bebas aktif yang tidak memihak, inilah hal-hal yang perlu saya sampaikan dan masih relevan 67 tahun untuk terus kita jaga, terus kita dorong ke depan untuk menuju cita-cita yang kita dambakan,” ujarnya kepada wartawan.
Peringatan KAA, di Museum KAA, Senin (18/4) lalu merupakan sejarah Indonesia yang menjadi simbol perjuangan dalam melawan imperialisme dan rasialisme di dunia.
Setelah vakum 2 tahun karena menghindari kerumunan massa selama pandemi, akhirnya peringatan 67 tahun KAA kembali digelar di sekeliling kompleks Gedung Merdeka-Museum KAA.
Dubes Teguh Wardoyo, juga mengatakan bahwa peringatan KAA ini merupakan pengingat agar Pemerintah Indonesia konsisten menjaga amanah founding fathers (tokoh pendiri negara).
“Pentingnya peringatan acara ini adalah bahwa Pemerintah Indonesia selaku tuan rumah tetap konsisten menjaga amanah, baik Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 1955 maupun amanah-amanah bapak pimpinan, founding fathers, Bapak Soekarno dan jajarannya,” ujarnya
Nilai sejarah ini, menurutnya, harus dijaga untuk memelihara cita-cita bangsa Asia-Afrika menuju Asia baru atau Afrika Baru menuju bangsa yang terbebas dari berbagai belenggu kesulitan, khusunya penjajahan yang berlangsung begitu lama.”Berbagai hal diskriminatif yang senantiasa masih membayangi bangsa-bangsa Afrika dan Asia, Pemerintah Indonesia senantiasa melaksanakan perintah atau amanah Bapak Presiden Soekarno bahwa bangsa-bangsa Asia-Afrika harus bisa berdikari, berdiri di atas kaki sendiri atau mandiri,” imbuhnya.
“Kita sebagai bangsa yang saat itu pada tahun 1955, masih dalam perjuangan, masih dalam berbagai bentuk kesulitan, masih bisa memelihara, mengadakan Konferensi Asia-Afrika untuk membebaskan dua benua ini dari kesulitan yang teguh,” sambungnya.
Teguh berharap, dengan berdikari maka bangsa-bangsa Asia dan Afrika bisa menuju kepada kebebasan finansial yang pada akhirnya akan membawa kemakmuran di seluruh lini kehidupan politik ekonomi dan sosial budaya.