Sampah Plastik Sudah Tiba di Samudera Arktik, Menurut Penelitian

“Di Kutub Utara juga, mikroplastik yang tertelan secara tidak sengaja kemungkinan menyebabkan penurunan pertumbuhan dan reproduksi, hingga menyebabkan gangguan fisiologis dan peradangan pada jaringan hewan laut, dan bahkan (kini telah) mengalir dalam darah manusia,” ucapnya menambahkan.

  • Masih minimnya penelitian lebih lanjut

Adapun dari data yang ada tentang efek umpan balik potensial antara limbah plastik dan perubahan iklim masih belum banyak tersedia.

“Di sini, ada kebutuhan mendesak untuk penelitian lebih lanjut. Studi awal menunjukkan bahwa mikroplastik yang terperangkap ternyata telah mengubah karakteristik es laut dan salju,” kata pakar AWI.

Misalnya, partikel plastik di atmosfer telah mengambil bagian dalam inti kondensasi untuk awan dan hujan, yang berarti mereka dapat mempengaruhi cuaca dan, dalam jangka panjang, iklim.

Dan yang tak kalah pentingnya, sepanjang siklus hidupnya, plastik saat ini bertanggung jawab atas 4,5 persen emisi gas rumah kaca global.

“Tinjauan kami menunjukkan bahwa tingkat polusi plastik di Kutub Utara sama dengan wilayah lain di seluruh dunia. Ini sesuai dengan simulasi model yang memprediksi zona akumulasi tambahan di Kutub Utara,”kata Bergmann.

“Tapi konsekuensinya mungkin lebih serius. Saat perubahan iklim berlangsung, Arktik memanas tiga kali lebih cepat daripada bagian dunia lainnya,” katanya membeberkan.

“Akibatnya, banjir plastik memperparah ekosistem yang sebelumnya sudah berada dalam krisis. Resolusi untuk perjanjian plastik global, yang disahkan di Majelis Lingkungan PBB Februari ini, merupakan langkah pertama yang penting,” ucapnya. (Baca selengkapnya)

“Perihal negosiasi selama dua tahun ke depan, langkah-langkah yang efektif dan mengikat secara hukum harus diadopsi termasuk target pengurangan produksi plastik,” ia memperingatkan.

“Dalam hal ini, negara-negara Eropa termasuk Jerman harus memangkas produksi plastiknya, seperti halnya Negara-negara Arktik yang kaya harus mengurangi polusi dari sumber-sumber lokal dan meningkatkan pengelolaan limbah dan air limbah yang seringkali hampir tidak ada di komunitas mereka,” tandasnya.

“Selain itu, diperlukan lebih banyak regulasi dan pengawasan, terutama berkaitan dengan limbah plastik dari pelayaran internasional, dan perikanan,” ujar pakar Alfred-Wegener-Institut itu.***

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan