BMKG: Hujan Berhenti Bukan Karena Pawang, Tapi Memang Durasinya Selesai

JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merespon aksi pawang hujan Rara Istiani Wulandari yang diklaim berhasil membuat hujan reda pada ajang balap MotoGP Mandalika 2022 di Lombok.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, BMKG punya prediksi hujan tersendiri. BMKG sebelumnya telah mengeluarkan prediksi akan ada hujan dengan intensitas hujan dan lebar di Mandalika pada saat balapan MotoGP pada Minggu tanggal (20/3).

“Kenapa perkiraannya itu? Karena pada waktu itu terjadi bibit siklon tropis 93F yang dampaknya itu memberikan potensi pertumbuhan awan hujan di Mandalika,” kata Guswanto kepada wartawan, Senin (2/3) kemarin.

Dia mengatakan, hujan berhenti itu bukan karena adanya pawang hujan. Tetapi karena durasinya sudah selesai.

“Dari awal pawang itu sudah bekerja, tapi kan nggak berhenti juga. Artinya itu jadi sebenarnya kemarin waktu berhentinya itu bukan karena pawang hujan, karena durasi waktunya sudah selesai,” katanya.

“Kalau dilihat prakiraan lengkap di tanggal itu memang selesai di jam itu. Kira-kira jam 16.15 itu sudah selesai, tinggal rintik-rintik itu bisa dilakukan balapan kalau dilihat dari prakiraan nasional analisis dampak yang kita miliki BMKG,” ujarnya.

Meski demikian, Guswanto akui pawang hujan adalah kearifan lokal, meski dirinya tidak memahami cara kerjanya.

“Secara saintis itu sulit untuk dijelaskan,” katanya.

Guwanto lantas mengatakan hujan memang bisa diatur dengan teknik modifikasi hujan. Hal itu berarti mempercepat terjadinya hujan. Namun, hal itu hanya bisa dilakukan jika terdapat awan hujan.

“Sebenarnya begini, kalau tentang modifikasi cuaca itu adalah teknologi modifikasi cuaca, yang dimaksud itu adalah mempercepat terjadinya hujan. Kan awan itu dalam membuat teknologi modifikasi cuaca itu sarat pertama adalah adanya awan hujan,” ujar Guswanto.

“Kalau tidak ada awan hujan, tidak bisa. Sehingga gimana ceritanya teknologi modifikasi cuaca itu jadi, pada awan-awan tertentu awan-awan konvektif yang mengandung uap air, itu diberikan inti kondensasi, inti yang berupa ditabur NaCL, garam. Dengan adanya inti kondensasi itu mempercepat untuk pembentukan awan hujan. Jadi demikian kira-kira jadi teknologi yang dimaksud adalah teknologi mempercepat terjadinya hujan. Bukan untuk menahan, bukan. Jadi mempercepat bisanya,” kata Guwanto menambahkan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan