Debu Batu Bara Mulai Ganggu Kesehatan, KPAI Ajak Dinas Terkait Selamatkan Warga Terutama Anak-anak

JAKARTA – Pencemaran debu batu bara yang terjadi  di Rusun Marunda sudah mulai berdampak pada kesehatan warga terutama anak-anak.

Akibat pencemaran tersebut, warga mendapat berbagai macam penyakit dan masalah mulai dari masalah pernafasan (ISPA), gatal-gatal pada kulit, ruang bermain anak yang penuh abu batu bara.

Warga menyampaikan bahwa dampak pencemaran mulai dirasakan pada 2018 hingga sekarang. Namun kini dampaknya menjadi semakin parah.

Mengetahui hal tersebut, Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Jhonny Simanjuntak melaporkannya kepada Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti.

Setelah mendapat informasi tersebut,  Retno melakukan pengawasan pada pagi sampai siang hari di sekolah satu atap yang terdiri dari SDN Marunda 05, SMPN 290 dan SLB Negeri 08 Jakarta Utara pada Kamis (10/3).

Menurut dia, gunungan batu bara dapat disaksikan dengan sangat jelas dari lantai empat SMPN 290 Jakarta.

“Para guru dan kepala sekolah dari 3 satuan pendidikan tersebut mengakui bahwa abu batu bara sangat menganggu aktivitas di sekolah. Debu di lantai harus disapu dan dipel sedikitnya 4 kali selama aktivitas PTM berlangsung dari pukul 6.30 sampai 13.00 WIB, karena ada sistem shift dalam PTM”, ujar Retno dalam keterangannya.

Retno menyebutkan penjaga sekolah dan para petugas pembersih bersaksi bahwa abu batu bara mereda jika hujan.

Namun ketika udara panas maka abu tersebut terbawa angin dan mengotori semua ruang kelas dan benda-benda di dalamnya.

Apalagi jika tidak ada aktivitas pembelajaran pada hari sabtu dan minggu, debu batu bara menumpuk dengan ketebalan bisa mencapai hampir satu sentimeter.

Selain di sekolah, dampak juga dirasakan oleh warga sekitar, terutama penghuni rusun Marunda.

“Semakin hari semakin memburuk terhadap kesehatan warga termasuk anak-anak. Selain penyakit pernapasan, sekarang penyakit kulit yang membuat gatal di sekujur tubuh kerap dialami warga, bahkan anak-anak kerap terbangun di malam hari karena rasa gatal sekujur tubuh”, ungkap Retno.

Berdasarkan data dari pengelola (UPRS) Rusunawa Marunda, ada 10.158 penghuni Rusun Marunda dari lima tower, dengan rincian balita sebanyak 344 orang, anak-anak usia 5-13 tahun sebanyak 1.457 orang, remaja usia 14-17 tahun sebanyak 762, dan usia dewasa 18 tahun ke atas sebanyak 7.595 orang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan