Guna Menstabilkan Harga, Pemkab Bandung Gelar Operasi Pasar di Ciwidey

CIWIDEY –  Dalam rangka mengembalikan stabilitas harga minyak goreng. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian menggelar kegiatan operasi pasar dan menjual minyak goreng murah ke para pedagang dengan harga murah.

Kepala Disperindag Kabupaten Bandung, Dicky Anugrah mengungkapkan, bahwa pemerintah sudah mengeluarkan regulasi, yaitu Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 tahun 2022 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Minyak Goreng Sawit, hal itu bertujuan untuk mengantisipasi kelangkaan pasokan minyak goreng serta dalam rangka melaksanakan kebijakan satu harga.

Saat ini, harga minyak goreng curah Rp11.500 per liter, harga minyak goreng kemasan sederhana Rp13.500 per liter dan harga minyak goreng kemasan premium sebesar Rp14.000 per liter. Harga-harga tersebut berlaku sejak 1 Februari 2022.

Meski demikian, ungkap Dicky, masih ada ritel yang menjual minyak goreng diatas Harga Eceran Tertinggi (HET) sehingga perlu dilaksanakan kegiatan operasi pasar, yang juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Bandung.

“Kami akan melakukan kebijakan operasi pasar ini, di antaranya operasi pasar minyak goreng curah sesuai kebijakan pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan. Operasi pasar ini menjual minyak goreng kepada para pedagang,” kata Dicky saat di wawancara, Ciwidey
Rabu (23/2).

Pada kegiatan operasi pasar tersebut, minyak goreng yang dijual ke pedagang dipatok dengan harga sebesar Rp10.500 per liter. Tapi para pedagang bisa menjual ke masyarakat dengan harga Rp11.500 per liter, yang sesuai HET.

“Jadi pedagang punya keuntungan Rp1.000 per liter,” jelas Dicky.

Selain itu, lanjut Dicky, Disperindag Kabupaten Bandung juga telah bekerjasama dengan Subdrive Bulog Bandung untuk melaksanakan operasi pasar minyak goreng kemasan satu liter, yang akan digelar di 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung.

“Sistemnya kolektif per kecamatan, diambil di satu titik atau per dapil.  Sampai hari ini kita masih mempersiapkan dan mendata jumlah kebutuhan di masing-masing kecamatan,” jelas Dicky.

Dicky menerangkan, di Kabupaten Bandung sempat terjadi kelangkaan minyak goreng akibat tingginya permintaan ditambah lagi jumlah penduduk Kabupaten Bandung yang juga tinggi.

“Persoalan di lapangan adalah adanya beberapa kendala pasokan atau distribusi yang terhambat dan terlambat masuk ke ritel, pasar modern atau tradisional,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan