Imbau Tidak Titip Dana, Begini Penjelasan Praktisi Trading Berpengalaman

BANDUNG – Fenomena pamer kekayaan di dalam dunia trading kini seringkali hebohkan masyarakat. Tak hanya itu, fenomena yang memiliki istilah flexing ini juga ternyata dinilai merugikan.

Hal tersebut timbul ke permukaan seusai akademisi sekaligus praktisi bisnis, Rhenald Kasali menyorotu perihal fenomena itu.

Bahkan dirinya berhasil membongkar soal adanya peran broker saham tak bertanggung jawab yang kerap melakukan flexing dalam strategi marketing demi menarik minat pelanggannya.

Yadi Supriadi, praktisi trading berpengalaman menilai, fenomena flexing di dunia trading sebagai hal yang wajar sepanjang informasi yang disebarkan tidak membodohi atau menipu publik.

“Dan kita yang mengonsumsi harus jauh lebih bijak menanggapinya. Cari tahu mendalam segala informasi yang terkait,” ujarnya di Bandung, Selasa (8/2/2022).

Komisaris Utama PT Didi Max Berjangka sekaligus owner Didi Group itu menjelaskan, hebohnya fenomena flexing tak lepas dari perkembangan teknologi yang semakin canggih di dunia saat ini. Bahkan, pria yang akrab disapa Supri FX itu menyebut, hal itulah yang menjadi pemicu utama munculnya flexing.

“Nah, teknologi ini digunakan untuk strategi promosi online. Banyak sekali fenomena flexing dijadikan bahan pembuktian dari hal atau sesuatu yang dipromosikan,” terangnya.

Kondisi tersebut, lanjut Supri, diperparah dengan kondisi pandemi COVID-19 dimana banyak sekali masyarakat yang mencari tahu tentang bisnis online, agar mudah menghasilkan keuntungan.

Namun, lanjutnya, masyarakat tidak berpikir panjang dan mencari tahu tentang bisnis online yang mereka anggap mampu menghasilkan keuntungan besar itu. Akibatnya, banyak masyarakat yang akhirnya menjadi korban flexing.

“Tercatat mulai dari 2020 Corona muncul banyak sekali orang yang mencari tahu bisnis online, untuk mempermudah menghasilkan keuntungan tanpa pikir panjang, tanpa mencari tahu informasinya lebih dalam, dan hanya mengandalkan visual. Banyak sekali korban flexing,” paparnya.

Sebagai pemilik perusahaan pialang berjangka pertama di Indonesia dengan sistem Direct Access yang juga menjadi sponsor ship Persib Bandung itu, Supri pun berbagi pengalaman, agar masyarakat tidak menjadi korban flexing dalam dunia trading.

Menurutnya, trading yang baik dan benar itu adalah yang mengetahui risiko dan reward yang didapat dengan cara memahami ilmu dan teknik trading. Bahkan, meski bergerak dalam usaha trading, Supri justru mengimbau masyarakat tidak menitipkan dana trading.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan