JAKARTA – Konselor Anak dan Remaja, Safira Putri menyebutkan ada beberapa alasan anak berbohong menutupi kesalahannya. Menurutnya hal tersebut jangan ditanggapi serius.
’’Jangan ditanggapi dengan serius seperti memukul. Ajak bercanda balik, lalu arahkan kalau sikap anak itu buruk,” ujarnya.
Selain tidak merekomendasikan untuk memukul, Safira mengatakan, ada anak yang ingin mendapatkan perhatian saja ketika mereka berbohong. Itu artinya, perhatian orang tua ke anak kurang atau, dirasa sudah optimal, orang tua perlu mengevaluasi lagi.
Memberikan perhatian kepada anak itu menjadi kebutuhan primer. Di usia berapa pun, menurut Safira, perhatian orang tua sangat dinantikan anak. Salah satu tanda gemar berbohong karena kurang perhatian adalah suka mengarang cerita.
Menghindari situasi yang tidak menyenangkan bisa jadi alasan anak berbohong atau mengambinghitamkan orang lain.
Dia menuturkan setelah tahu alasannya mengapa anak menghindari sebuah situasi, orang tua perlu ajak anak berbicara.
Lantas, kapan orang tua perlu waswas saat anak suka berbohong? Safira mengungkapkan, pertama, saat intensitas berbohong lebih sering. Kedua, ketika anak-anak dalam situasi berisiko atau berbahaya. Ketiga, berbohong yang bisa merusak hubungan. Baik itu hubungan antaranak dengan temannya atau sesama saudara.
Berikut cara menangani anak yang suka berbohong:
- Bagaimanapun, berbohong adalah sikap yang buruk. Orang tua perlu menjelaskan hal tersebut.
- Kapan orang tua bisa menjelaskan kalau berbohong adalah sikap yang buruk? Usia 5–10 tahun merupakan waktu yang tepat untuk memaparkan tentang kebohongan.
- Hindari sebutan pembohong. Labeling tersebut justru membuatnya akan merasa nyaman dengan sikap berbohong. (jawapos/ran)