Presiden Persebaya Kecewa Pemain Andalan Banyak Direkrut Timnas

Jabarekspres.com – Persebaya sampai pekan ke-21 BRI Liga 1 2021/2022 masih bertengger di peringkat ketiga.

Posisinya bersaing dalam perebutan gelar juara dengan Bhayangkara FC, Arema FC, maupun Bali United.

Namun, posisi itu tidak menghilangkan kerisauan Presiden Persebaya Azrul Ananda.

Azrul mengeluhkan agenda timnas yang terus berbarengan dengan bergulirnya Liga 1. Persebaya tereduksi kekuatannya begitu besar.

Lima pemain Bajol Ijo dipanggil timnas besutan Shing Tae-yong untuk menghadapi Timor Leste dalam rangkaian uji coba internasional.

Itu menjadikan Persebaya sebagai klub penyumbang pemain timnas terbanyak.

Mereka adalah Ernando Ari, Rizky Ridho, Rachmat Irianto, Marselino Ferdinan, dan Ricky Kambuaya.

Semua adalah pemain inti Persebaya. Parahnya, Marsel dan Ricky bermain di posisi yang sama.

Akibatnya, Persebaya harus memainkan Samsul Arif yang seorang striker di posisi gelandang serang, yang biasanya ditempati Marsel dan Ricky.

”Di satu sisi, kami bangga pemain-pemain muda binaan Persebaya jadi andalan dan selalu jadi pilihan di timnas. Di sisi lain, kami tentu keberatan dan menolak kalau terus menerus pemain kami yang diambil paling banyak,” kata Azrul Ananda.

Azrul pantas khawatir, bulan depan dikabarkan enam pemainnya akan dipanggil timnas Indonesia untuk Piala AFF U-23. Mereka adalah lima pemain timnas saat ini, kecuali Ricky.

Plus Akbar Firmansyah dan Koko Ari Araya. Enam pemain itu semuanya di bawah 23 tahun, namun sudah menjadi andalan Persebaya.

Padahal, agenda Piala AFF U-23 akan berlangsung hampir sebulan penuh. Mulai pemusatan latihan hingga final pada 24 Februari.

Kalau benar enam pemain Persebaya itu dipanggil memperkuat timnas Piala AFF U-23, maka akan menjadi bencana bagi Bajol Ijo. Februari hingga Maret adalah masa-masa paling krusial dalam perebutan gelar juara.

Hal ini menunjukkan lemah dan timpangnya sistem sepak bola di Indonesia. Karena justru mempenalti dan merugikan tim-tim yang justru melakukan investasi dan pembinaan dengan baik.

Sementara klub lain dengan mudah mengambil saja pemain-pemain naturalisasi dan minim investasi di pembinaan.

Harus ada jalan keluar lebih baik mengenai masalah fundamental sistem sepak bola di negara kita ini,” lanjutnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan