Pernyataan Edy Mulyadi Disambar Dewan: Kampungan dan Norak!

BANDUNG – Pernyataan eks calon legislatif (caleg) PKS Edy Mulyadi menimbulkan polemik publik. Yakni soal komentar dirinya yang menyebut bahwa Kalimantan sebagai “tempat jin buang anak”.

Sontak ucapan Edy Mulyadi tersebut memicu beragam respon negatif. Diantaranya muncul dari Anggota DPR RI dari Dapil Kalimantan Utara, Deddy Yevri Sitorus.

Dirinya mengutuk keras pernyataan eks caleg PKS itu terkait Kalimantan yang akan menjadi lokasi Ibu Kota Negara (IKN).

Deddy mengungkapkan, apa yang disampaikan oleh Edy sangat menghina, menyakitkan, merendahkan dan tidak dapat dibenarkan dari sisi hukum, sosial maupun agama.

“Permintaan maaf saja tidak cukup. Harus dibawa ke ranah hukum,” ujar Deddy melalui keterangan tertulisnya, Selasa (25/1) dilansir dari Jawa Pos.

Oleh karena itu, Deddy berharap agar kepolisian segera melakukan upaya hukum dan tidak harus menunggu laporan dari masyarakat.

Pasalnya, ucapan-ucapan yang dilontarkan Edy dilakukan dengan sengaja dan dengan kesadaran penuh.

Dirinya yakin bahwa tujuan sebenarnya dari ucapan jahat dan provokatif itu memang dirancang untuk merendahkan pemerintah atas keputusan memindahkan IKN.

“Karena itulah mereka memilih kata-kata yang melecehkan seperti tempat jin buang anak, kuntilanak dan genderuwo, dan monyet. Hal itu untuk memperkuat argumen ketidaksetujuan mereka tentang pemindahan Ibu Kota Negara. Jadi, jelas bahwa memang mereka memilih kata-kata penghinaan itu dengan sengaja,” katanya.

“Edy Mulyadi itu kampungan dan norak menurut saya. Apa dia tidak tahu kalau jutaan orang datang dari Pulau Jawa dan dari seluruh penjuru Indonesia untuk mencari hidup di Kalimantan? Apa dia tidak tahu bahwa listrik, LPG dan BBM yang dia nikmati itu sebagian besar datang dari Kalimantan yang kaya dengan batu bara, gas dan minyak bumi?” tambahnya.

Sebagai gambaran, produksi minyak dari Kalimantan Timur saja 20.829 ribu barel di tahun 2019 dan menjadi 14.381 ribu barel di 2020. Sementara produksi gas bumi 240 .828 ribu mmbtu di 2019, dan 156.294 ribu mmbtu di 2020. SKK Migas di 2020 menyebut produksi migas dari Kalimantan dan Sulawesi menyumbang 12 persen produksi nasional.

“Apa dia tidak tahu bahwa Kalimantan menyumbang pendapatan negara yang sangat besar dari berbagai komoditas dan bahan baku industri? Apakah Edy Mulyadi tidak tahu bahwa Kalimantan itu adalah paru-paru dunia yang sangat penting secara global? Kalau sampai gak tahu, ya kebangetan,” kata politikus PDIP tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan