Manchester City dan Streak-nya Berakhir di St Mary’s Stadium

INGGRIS – Manchester City pun pada akhirnya mengakhiri streak kemenangan selama 12 matchweek-nya.

Yakni dalam pertandingan Man City menghadapi Southampton. The Citizens melawat ke markas mereka, St Mary’s Stadium. Tak disangka, di sana, rekor mereka berakhir.

Selain capaian yang berakhir, kenyamanan Manchester City sebagai pemuncak Liga Inggris pun jadi sedikit goyang.

Pasalnya, hasil seri yang diterima anak asuh Pep Guardiola itu membikin Liverpool, sang pesaing terdekat, terus memangkas jarak.

Selisih poin memang 12 jaraknya: 57-45. Namun Liverpool memiliki jumlah laga lebih, yaitu 2 laga tabungan.

City tertahan dan soal lapangan

Meski memiliki 74 persen penguasaan bola dan menghasilkan 20 tembakan, skuad Pep Guardiola hanya bisa membuahkan sebiji gol di St Mary’s.

Gol City pun lahir dari pemain belakang. Yaitu, bek Aymeric Laporte. Di akhir laga, Laporte mengunggah foto paha kanannya yang sobek.

”Laga yang membuat kami frustrasi,” ucap Laporte kepada Sky Sports. Bek yang baru tahun lalu memutuskan membela timnas Spanyol meski punya rekam jejak sebagai kapten timnas kelompok umur Prancis itu juga punya alasan lain terkait hasil seri The Citizens.

”Lapangannya kecil. Kami sedikit kesulitan,” imbuhnya.

Handicap itu sebelumnya memang pernah dibahas oleh tactician City Pep Guardiola. Gaya main operan cepat ala Pep menemui masalah ketika diaplikasikan di lapangan berukuran kecil.

Yang dimaksud kecil adalah lapangan dengan luas di bawah 7.000 meter persegi.

Sebagai catatan, luas lapangan St Mary’s adalah 6.936 meter persegi (102 meter x 68 meter). Beda, misalnya, dengan dimensi lapangan Etihad Stadium (105 meter x 68 meter) atau memiliki luas 7.140 meter persegi.

”Itu (lapangan kecil, Red) mengurangi efektivitas. Meski, kami akui bahwa kami sebenarnya bermain bagus hari ini (kemarin, Red),’’ beber Laporte.

Selain sempitnya lapangan St Mary’s, taktik pelatih Soton –sebutan Southampton FC– Ralph Hasenhuettl mengusung sepak bola negatif menambah frustrasi Ruben Dias dkk.

Meski begitu, Pep menolak untuk menjadikannya sebagai alasan gagal menang. Pelatih berjuluk Sang Filsuf itu malah memujinya.

”Soton bermain lebih terorganisasi. Mereka memainkan skema 4-4-2 dengan bola-bola jauh yang disertai kecepatan pemainnya ketika melakukan serangan balik. Build up permainan yang bagus,” tutur Pep.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan