Terus Meroket, Harga Cabai Tembus Rp120 Ribu, Ayam Rp40 Ribu, Telor Rp35 Ribu

JAKARTA – Menjelang pergantian tahun, harga bahan pokok masih belum stabil. Beberapa harga komoditas meroket tinggi, dan belum menunjukkan ada penurunan harga.

Seperti harga cabai rawit merah yang bertahan masih diatas Rp120 ribu per kilogram, Ayam Boiler mencapai Rp40 ribu per kilogram, telur ayam ras di atas Rp30 ribu per kilogram, serta minyak goreng masih di atas Rp20 ribu kilogram.

Mengutip infopangan.id, harga telur ayam di beberapa pasar DKI Jakarta hari ini tembus Rp35 ribu per kilogram seperti di pasar Pulogadung yang naik Rp3.000 per kilogram, pasar Glodok naik Rp3.000 per kilogram. Harga terendah ada di pasar Klender SS di harga Rp25 ribu per kilogram.

Kenaikan juga merata terjadi dibeberapa pasar lainnya, seperti di pasar Gondangdia yang naik Rp4.000 per kilogram, Pasar Perumnas Klender naik Rp2.000 jadi Rp31 ribu per kilogram. Pasar Petojo Ilir jadi Rp32 ribu, Pasar Cempaka Putih jadi Rp30 ribu per kilogram, Pasar Johar Baru jadi Rp32 ribu per kilogram, Pasar Mampang Prapatan naik jadi Rp33 ribu per kilogram, dan Pasar Koja Baru jadi Rp30 ribu per kilogram.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri memandang, harga normal telur ayam ras berkisar di rentang Rp22-23 ribu per kilogramnya. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya permintaan yang tinggi.

“Faktornya banyak bisa berpengaruh pada pengusahanya. Kan pengusaha kuat-kuat itu-itu saja. Kami berharap bisa diajak ngobrol dan diskusi agar kenaikan telor nggak sekuat ini. Sempat turun jatuh harganya sekarang jatuh. Persoalan panen kebutuhan tinggi penambangan keuntungan dari keuntungan tahun laku yang rugi,” kata Mansuri saat dihubungi oleh JawaPos.com, Senin (27/12).

Selain itu, minyak goreng curah juga masih dijual tinggi di harga Rp22 ribu per liter di Pasar Rumput dan terendah seharga Rp 18 ribu per kilogram di Pasar Palmerah.

Menurutnya, harga minyak yang meroket tinggi disebabkan oleh harga CPO di pasar dunia yang sedang melonjak sehingga permintaan dan stok tidak seimbang. “Harus ada langkah konkret dari pemerintah untuk melakukan intervensi,” imbuhnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan