Cegah Kanker Payudara, Mahasiswa Teliti Kandungan Ubur-Ubur

JOGJAKARTA – Berdasar data dari Kemenkes, Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Sedangkan angka kejadian khusus untuk perempuan, yang tertinggi adalah kanker payudara. Yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.

Melihat keprihatinan tersebut, Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian terhadap potensi protein venom ubur-ubur untuk menghambat penyakit kanker payudara yang banyak diderita perempuan.

Kelima mahasiswa UGM dari jurusan Biologi dan farmasi tersebut membentuk sebuah tim untuk menganalisis protein venom dan melakukan pengujian prediksi kepada komputer (in silico) untuk menghambat kanker payudara.

“Ubur-ubur memiliki kandungan utama seperti protein, vitamin, dan mineral melimpah,” kata ketua tim, Aden Arrafif Bahtiarsyah, mengutip laman UGM, Rabu (1/12).

Selain itu, menurut Aden, dalam ubur-ubur juga mengandung protein venom dari sel nematosista yang berpotensi sebagai pengobatan alternatif.

Venom ubur-ubur, terdiri dari peptida, enzim, neurotoksin, sitolisin, dan hemolisin. Protein itu juga mengandung senyawa antimikroba, anti oksidatif, antikoagulan, antitumor, dan sitotoksik.

“Rincian kandungan umum berupa crude venom, phospholipase A2, dan metalloprotease. Yang berfungsi baik dalam pertahanan untuk mengurangi migrasi sel kanker payudara,” paparnya.

Sylvia salah satu anggota tim mengatakan, salah satu reseptor yang berperan dalam penyakit kanker payudara yaitu reseptor Estrogen alfa (ER-α). Menurutnya, reseptor itu perlu dihambat dengan pengujian komputer.

Karena itu, dalam penelitian kali ini protein venom dari ubur-ubur disandingkan dengan ER-α. Kemudian mereka melihat reaksi keduanya secara in silico.

“Bioaktivitas dari protein venom ubur-ubur ini, bermanfaat sebagai imunostimulator, antikoagulan, pereda nyeri, dan antihipertensi. Tetapi juga bermanfaat juga secara fungsional dalam pengendalian kanker,” pungkasnya. (JP)

Tinggalkan Balasan