BANDUNG – Perusahaan DAMRI Bandung mengaku DAMRI telah mengalami kerugian besar sejak tahun 2020, terutama karena pandemi yang membatasi mobilitas masyarakat. Secara nasional, kerugian yang dialami mencapai Rp. 220 miliar. Hal itu disampaikan oleh Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan DAMRI, Sidik Pramono, seiring dengan 8 trayek operasional Bus DAMRI di Kota Bandung yang terpaksa berhenti.
“Pandemi dan pembatasan mobilitas masyarakat telah menekan kegiatan operasional kami. Sepanjang tahun buku 2020, DAMRI secara keseluruhan (se-Indonesia) mencatatkan kerugian sekitar Rp. 220 miliar,” ucapnya saat dihubungi, Kamis (28/10).
Maka dari itu, Sidik menambahkan, pihaknya saat ini terus mengevaluasi segmen-segmen usaha yang dijalankan.
“Jika berdasarkan tingkat evaluasi keekonomiannya terpenuhi, kegiatan operasional bisa berjalan kembali,” ungkapnya.
Sementara itu, meskipun trayek bus DAMRI Bandung berhenti beroperasi, 3 rute bus DAMRI lainnya masih berjalan dengan 25 armada.
“Jadi jumlah yang masih beroperasi itu 3 rute. Seperti Jatinangor – Elang via tol. Cibiru – Kebon Kelapa, Alun-alun – Kota Baru Parahiyangan, dengan jumlah 25 armada,” pungkasnya.
Sidik juga menerangkan, langkah pemberhentian sementara beberapa trayek DAMRI tersebut diambil guna menekan kerugian.
“Pelayanan bus Kota di Bandung merupakan segmen komersial dan nonsubsidi. Load factor yang kecil dan preferensi sebagian besar pelaku perjalanan di Bandung dalam bermobilitas yang tidak menggunakan bus kota, menjadi dasar pertimbangan DAMRI untuk mengambil langkah tersebut yang dengan berat hati, harus diambil oleh DAMRI guna menekan kerugian dan menjaga keberlangsungan usaha Perusahaan,” tambahnya.
Untuk diketahui, 8 trayek Bus DAMRI yang diberhentikan sementara meliputi rute Cicaheum – Cibeureum, Ledeng – Leuwipanjang, Dipatiukur – Leuwipanjang, Elang – Jatinangor via Cibiru, Dipatiukur – Jatinangor, Kebon Kalapa- TJ Sari, Cicaheum – Leuwipanjang, Alun- Alun Bandung – Ciburuy.
(Mg4/ira)