SUMEDANG – Pembangunan infrastruktur saat ini banyak dilakukan oleh pemerintah termasuk di wilayah Kabupaten Sumedang.
Namun, banyaknya pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah memiliki dampak serius dan perlu jadi perhatian.
Persoalan lingkungan masyarakat menjadi salah satu faktor dampak yang terjadi dalam besarnya pembangunan. Salah satunya yaitu risiko meningkatnya jumlah orang pinggiran akibat alih fungsi lahan dari aktivitas pembangunan.
Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Opan S Suwartapradja mengatakan, dampak yang paling terlihat adalah bagi buruh tani.
“Proses alih fungsi lahan, seperti area persawahan menjadi perumahan, jalan tol, kawasan industri, hingga bendungan memiliki dampak besar terhadap terjadinya orang pinggiran, terutama bagi buruh tani,” kata Opan pada Rabu (13/10).
Menurutnya, buruh tani yang tidak mempunyai lahan mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber penghidupannya.
“Termasuk para petani guram, (petani dengan penguasaan luas lahan kurang dari 0,5 hektar) berdampak besar,” pungkas Opan.
Opan menjelaskan, seiring berjalannya pembangunan infrastruktur, pemerintah juga berupaya untuk menangani kemiskinan akibat dampak pembangunan sudah dilakukan.
“Mulai dari pemberian kompensasi, penyediaan bantuan dan subsidi, penyediaan kredit rakyat atau usaha, hingga jaminan akses kesehatan,” imbuhnya.
“Hal ini dilakukan karena tidak bisa dipungkiri, pembangunan dilakukan untuk mencapai kehidupan yang adil, makmur, dan sejahtera bagi masyarakat Indonesia,” tambah Opan.
Walaupun begitu, menurut Opan pemberian kompensasi dan bantuan langsung kepada masyarakat itu tidak cukup.
Opan menerangkan, berdasarkan riset yang sudah dilakukan, penanganan orang pinggiran memerlukan tiga strategi.
“Mengidentifikasi potensi daerah, menyiapkan model penanganan komprehensif, dan melakukan pemantauan,” ucap Opan.
“Proses identifikasi atau pemetaan potensi daerah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana daerah tersebut ‘bertahan’ akibat dampak pembangunan,” tambahnya.
Opan melanjutkan hal tersebut dilakukan supaya kehidupan masyarakat tetap dapat mencapai kesejahteraan.
“Hasil pemetaan tersebut kemudian menjadi acuan untuk melaksanakan berbagai program pendampingan, termasuk salah satunya menggelar sejumlah pelatihan untuk memaksimalkan potensi yang ada,” katanya.
Dalam pemaparannya, Opan menuturkan, untuk mencapai kesejahteraan melalui pemanfaatan potensi lokal memang memerlukan waktu yang tidak singkat.